Creativestation.id – Pertumbuhan transaksi kartu kredit di Indonesia menunjukkan perlambatan signifikan pada awal tahun 2025. Meski masih mencatatkan kenaikan secara tahunan (year-on-year), angka pertumbuhan tersebut turun jauh dibandingkan tahun sebelumnya.
Fakta ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Suharto Nur Cahyo, dalam wawancara eksklusif di program Power Lunch Creativestation.
Hanya Tumbuh 6%: Turun dari Tahun Sebelumnya
Suharto Nur Cahyo mengungkapkan bahwa transaksi kartu kredit pada awal 2025 hanya tumbuh sebesar 6% yoy. Ini menjadi penurunan signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan 10% yoy yang tercatat pada periode yang sama tahun 2024.
Menurut Suharto, perlambatan ini berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang stagnan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada di bawah 5% pada Kuartal I-2025.
Angka ini menunjukkan belum adanya pemulihan signifikan pasca tekanan ekonomi global maupun domestik yang terjadi dalam dua tahun terakhir.
Nasabah Kelas Menengah Bawah Paling Terdampak
Salah satu hal menarik dari pernyataan Suharto adalah segmen pengguna kartu kredit yang paling menunjukkan perlambatan.
Ia menyebut bahwa nasabah dengan limit kartu kredit di bawah Rp 10 juta menjadi kelompok yang paling banyak mengurangi aktivitas transaksi mereka.
“Segmen ini sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi. Ketika mereka melihat adanya potensi tekanan, mereka langsung menahan konsumsi,” ujar Suharto dalam wawancara tersebut.
Penurunan transaksi pada segmen ini menunjukkan bahwa masyarakat kelas menengah bawah mulai menunjukkan kehati-hatian dalam belanja, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun non-esensial. Hal ini bisa menjadi cerminan dari ketidakpastian ekonomi yang dirasakan secara langsung oleh konsumen.
Baca juga : Kementerian BUMN Usulkan Penghapusan Utang Istaka Karya, Perlindungan untuk Vendor Kecil?
Tanda-Tanda Daya Beli Melemah?
Perlambatan ini memunculkan pertanyaan penting: apakah ini menjadi sinyal nyata melemahnya daya beli masyarakat?
Menurut sejumlah analis, kartu kredit kerap menjadi indikator mikroekonomi yang cukup akurat dalam melihat pola konsumsi kelas menengah.
Jika transaksi kartu kredit melambat, besar kemungkinan masyarakat sedang mengencangkan ikat pinggang baik karena ketidakpastian pendapatan, kekhawatiran inflasi, ataupun tekanan biaya hidup lainnya.
“Ketika masyarakat mulai mengurangi penggunaan kredit untuk konsumsi, itu artinya ada kekhawatiran soal kemampuan membayar kembali di masa depan,” jelas seorang analis perbankan yang tak ingin disebutkan namanya.
Faktor Eksternal dan Gaya Hidup Baru
Selain kondisi ekonomi, perlambatan ini juga bisa dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dan preferensi pembayaran.
Masyarakat Indonesia kini semakin terbiasa menggunakan dompet digital (e-wallet), QRIS, hingga sistem paylater yang ditawarkan oleh platform e-commerce.
Hal ini menyebabkan sebagian konsumen, terutama generasi muda, mengalihkan transaksi dari kartu kredit ke metode pembayaran lain yang dianggap lebih fleksibel dan mudah diakses.
Tak heran jika meski jumlah pengguna kartu kredit secara nominal tidak menurun drastis, namun frekuensi dan nilai transaksinya menjadi lebih lambat pertumbuhannya.
Dampaknya terhadap Industri Perbankan
Industri kartu kredit menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi perbankan nasional, terutama dari sisi fee-based income dan bunga kredit. Perlambatan transaksi tentu akan berdampak pada pendapatan bank dari segmen ini.
Namun, Suharto menilai perlambatan ini masih dalam batas wajar dan belum mengkhawatirkan. Ia menambahkan bahwa perbankan telah melakukan diversifikasi layanan ke berbagai produk digital dan layanan keuangan lainnya untuk menjaga pertumbuhan bisnis.
“Industri harus responsif terhadap perubahan perilaku konsumen. Kartu kredit tetap penting, tetapi harus diintegrasikan dengan ekosistem digital yang lebih luas,” tambahnya.
Baca juga : IHSG Terbang ke Level 6.948,97, Tambang dan Infrastruktur Jadi Motor Kenaikan
Apa Selanjutnya?
Meskipun kondisi saat ini menunjukkan perlambatan, Suharto tetap optimistis. Ia berharap semester kedua 2025 akan membawa angin segar, seiring dengan potensi peningkatan konsumsi jelang akhir tahun dan perbaikan ekonomi secara gradual.
Selain itu, adanya insentif fiskal dari pemerintah dan potensi penurunan suku bunga acuan juga diharapkan dapat memacu kembali konsumsi masyarakat.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam menggunakan kartu kredit, menjaga rasio utang terhadap penghasilan, dan tidak bergantung pada kredit untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk informasi dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment