Creativestation.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak prestasi di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (7/5/2025), IHSG melonjak 50,77 poin atau 0,74%, menembus level 6.948,97.
Kenaikan ini semakin memperkokoh reli positif indeks yang telah berlangsung selama delapan hari perdagangan berturut-turut.
Transaksi Ramai, Pasar Semakin Bergairah
Lonjakan IHSG hari ini tercipta dari tingginya aktivitas pasar. Berdasarkan data BEI, tercatat sebanyak 851.968 kali transaksi dengan volume perdagangan mencapai 15,78 miliar saham, dan nilai transaksi sebesar Rp 9,27 triliun. Kondisi ini menunjukkan pasar tengah aktif dan investor cukup optimistis terhadap arah pergerakan saham.
Dari keseluruhan saham yang ditransaksikan, 310 saham menguat, 268 saham melemah, dan 215 saham stagnan. Komposisi ini mencerminkan bahwa sentimen positif masih mendominasi meski selektif.
Baca juga : BEI Hentikan Sementara Saham KRYA dan JATI, Proteksi Investor atau Alarm Risiko?
Sektor Tambang dan Infrastruktur Dominasi Pergerakan
Kinerja IHSG hari ini didorong terutama oleh sektor infrastruktur dan bahan baku, dua sektor yang memimpin penguatan sektoral.
Di sisi lain, hanya sektor properti yang mengalami koreksi tipis, menandakan adanya tekanan terbatas di sektor tersebut.
Di antara saham-saham yang menjadi penggerak utama, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menempati posisi teratas dengan kontribusi sebesar 11,42 poin indeks.
Disusul oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang memberikan tambahan 7,91 poin. Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat lonjakan harga sebesar 8,27%, menyumbang 4,30 poin ke IHSG.
Tak hanya itu, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang merupakan holding tambang batubara milik Grup Sinar Mas, dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dari sektor teknologi juga berada di jajaran lima besar penggerak indeks.
Rekor Baru dalam Tren Reli IHSG
Reli IHSG ini bukan hanya fenomena harian. Sejak 9 April 2025, IHSG telah menguat secara konsisten hingga mencatatkan kenaikan lebih dari 16%. Sepanjang April 2025, IHSG berhasil naik 3,93%, menutup bulan pada level 6.766,8. Artinya, hanya dalam beberapa hari perdagangan di bulan Mei, indeks sudah kembali mencatat rekor baru.
Secara historis, bulan Mei kerap menjadi bulan penuh tantangan dengan tekanan jual investor asing (fenomena sell in May and go away).
Namun tahun ini menunjukkan pengecualian, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2015 dan 2020 ketika IHSG tetap menguat di tengah sentimen negatif global.
Dampak Rapat FOMC dan Suku Bunga The Fed
Salah satu faktor eksternal yang paling diantisipasi investor adalah hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang tengah berlangsung di Amerika Serikat.
Keputusan The Fed mengenai suku bunga acuan akan berdampak langsung terhadap nilai tukar rupiah, arus modal asing, serta volatilitas pasar keuangan.
Sejumlah analis memperkirakan bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada kisaran 4,25–4,50%, sambil membuka peluang untuk pelonggaran kebijakan di semester kedua tahun ini.
Jika benar terjadi, potensi aliran dana asing ke pasar negara berkembang seperti Indonesia akan meningkat, memperkuat IHSG dalam jangka pendek.
Namun, potensi penurunan suku bunga juga membawa konsekuensi berupa volatilitas yang lebih tinggi. Investor perlu mencermati arah kebijakan moneter selanjutnya karena dapat memengaruhi selera risiko (risk appetite) di pasar modal Indonesia.
Harga Emas dan Batu Bara Naik Tajam, Tambang Bersinar
Kenaikan harga komoditas global, terutama emas dan batu bara, turut menyumbang tenaga bagi saham-saham sektor pertambangan.
Harga emas sempat melonjak hampir 6% dalam dua hari sebelum terkoreksi pada Rabu pagi. Sedangkan harga batu bara melonjak hingga 11,5% dalam 10 hari terakhir, mencatatkan kenaikan tertinggi sejak Maret 2025.
Kondisi ini membuat saham-saham tambang menjadi primadona. ANTM, BREN, dan AMMN tak hanya mencatat kenaikan signifikan, tetapi juga menunjukkan likuiditas yang kuat di tengah sentimen positif tersebut.
Baca juga : Kementerian BUMN Usulkan Penghapusan Utang Istaka Karya, Perlindungan untuk Vendor Kecil?
Apakah Level 7.000 Bisa Ditembus?
Dengan tren penguatan yang solid dan ditopang oleh sentimen global yang relatif kondusif, peluang IHSG untuk menembus level psikologis 7.000 terbuka lebar.
Namun, sejumlah analis mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap potensi koreksi teknikal, terutama jika terjadi profit taking setelah reli panjang.
Kunci utama keberlanjutan penguatan IHSG akan bergantung pada dua faktor utama: stabilitas eksternal, terutama dari arah kebijakan The Fed, dan kinerja emiten domestik, khususnya menjelang musim pembagian dividen dan laporan keuangan kuartal II.
Untuk informasi dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment