Oleh Wiaam Rifqi Abror
Gen Z punya cara sendiri untuk hidup, kerja, dan berkarya. Mereka tumbuh di era internet, sosial media, dan realitas digital yang serba cepat. Mereka bukan generasi yang mau hidup dalam kotak apalagi kotak jadwal kerja 9 to 5.
Sebuah survei yang ramai dibicarakan di internet menyebut bahwa 70% Gen Z lebih memilih jadi freelancer ketimbang kerja kantoran konvensional.
Alasannya simplenya mereka ingin bebas. Bebas ngatur waktu. Bebas eksplorasi minat. Bebas kerja dari mana aja. Bebas jadi diri sendiri.
Generasi yang Dibesarkan oleh Chaos dan Kreativitas
Gen Z lahir di tengah teknologi yang berkembang gila-gilaan. Mereka lihat orang tua mereka kerja keras dari pagi sampai malam. Tapi mereka juga lihat temen mereka bisa sukses cuma dari kamar jadi kreator, desainer, penulis, atau video editor.
Baca juga : Bukan Cuma Kerja Keras, Anak Muda seperti Kita Butuh Mindset Kaya untuk Tembus Batas
Mereka bukan anti kerja keras. Mereka hanya percaya kerja harus make sense. Harus punya makna. Harus tetap kasih ruang buat hidup. Mereka gak mau kejebak rutinitas, stuck di kantor, lalu kehilangan jati diri di balik meja dan seragam.
Kenapa Freelance? Karena Bisa Milih Hidup Sendiri
Jadi freelancer bukan cuma soal kerja bebas. Buat Gen Z, ini cara untuk ambil alih kendali hidup. Gak ada atasan yang ngawasin setiap gerakan. Gak ada absen tiap pagi. Gak ada bos yang ngasih perintah tanpa empati.
Mereka bisa milih proyek yang sesuai passion. Mereka bisa kerja dari coffee shop, kamar kos, atau bahkan sambil liburan. Kerja keras tetap jalan, tapi hidup juga tetap bernapas.
Work-life balance jadi mantra penting. Bukan karena mereka manja, tapi karena mereka sadar: hidup itu bukan cuma soal kerja.
Baca juga : Di Antara Dua Generasi, Menggabungkan Kerja Keras dan Kerja Cerdas
Dunia Baru, Aturan Baru
Freelance bagi Gen Z bukan pilihan terakhir tapi justru pilihan utama. Di TikTok dan Instagram, mereka lihat role model yang sukses dari kerja kreatif. Jadi graphic designer, content creator, social media manager, UI/UX freelancer, voice over artist semua bisa jadi cuan asal tahu mainnya.
Dan mereka bukan sekadar ikut tren. Gen Z punya mental adaptif yang tinggi. Mereka belajar skill dari YouTube, ikut kursus online, bangun portofolio dari proyek kecil. Mereka tahu bahwa di dunia digital, yang cepat, konsisten, dan berani ambil peluang — yang akan menang.
Tapi Hidup Freelance Gak Selalu Indah
Di balik laptop dan kopi yang estetik, hidup freelance juga penuh tantangan. Klien ghosting, invoice molor, kerja sendirian, atau burnout karena deadline numpuk semua itu real. Tapi Gen Z gak takut.
Mereka tahu ini bagian dari proses. Mereka lebih rela hadapi chaos dan belajar sambil jalan, daripada hidup dengan kepastian yang membosankan. Buat mereka, yang penting bukan gaji tetap, tapi perkembangan yang konstan dan kebebasan yang nyata.
Gen Z Butuh Ruang, Bukan Aturan
Kalau generasi sebelumnya dihargai karena loyalitas dan jam kerja panjang, Gen Z lebih menghargai kebebasan dan output.
Mereka percaya bahwa hasil lebih penting daripada kehadiran fisik. Kalau bisa selesai 3 jam dari rumah, kenapa harus 8 jam di kantor?
Mereka juga sadar bahwa produktivitas gak datang dari meja kantor, tapi dari motivasi internal dan ruang untuk berekspresi. Dan freelance ngasih itu semua.
Baca juga : Dunia Kreatif Itu Gak Punya Jam, Tapi Punya Deadline
Ekspresi Diri Itu Prioritas
Gen Z adalah generasi yang hidup dengan penuh ekspresi. Gaya berpakaian mereka berani. Feed media sosial mereka penuh karya. Mereka bikin podcast, jualan digital art, atau buka jasa edit video.
Mereka bukan sekadar cari uang, tapi cari identitas. Freelance memberi mereka kebebasan itu: menjadi siapa pun yang mereka mau, dengan cara yang mereka pilih sendiri.
Gen Z, Freelance, dan Masa Depan Dunia Kerja
Tren ini gak akan berhenti. Dunia kerja sedang berubah. Kantor bukan lagi satu-satunya tempat berkarya. Gen Z sudah membuktikan bahwa mereka bisa survive — bahkan thrive — dalam dunia yang fleksibel dan penuh tantangan.
Dan perusahaan yang gak bisa ngikutin ritme ini? Ya siap-siap ditinggal. Karena buat Gen Z, kerja itu bukan soal loyalitas buta. Tapi soal value, growth, dan freedom.
Leave a Comment