Creativestation – Konten yang dibagikan oleh Suster Wike Afrilia Pasang di laman media Instagramnya memberi gambaran nyata tentang kondisi warga Papua yang jauh dari kata sejahtera. Masyarakat di pelosok Papua masih harus berjalan jauh tanpa alas kaki, menembus hutan, hanya untuk menukar hasil alam dengan sembako.
Mereka menerima mie instan dengan penuh semangat, bukan karena kualitas gizinya, tapi karena belum terbiasa mengolah hasil bumi mereka sendiri. Bukan karena mereka tidak mau, tapi karena belum punya cukup akses pada pendidikan dan informasi. Ini bukan sekadar soal makanan, ini soal ketimpangan yang dibiarkan terjadi terlalu lama.

Sementara itu, di sisi lain negeri, anggaran raksasa digelontorkan untuk program makan siang gratis yang implementasinya masih dipenuhi beragam masalah. Di Pulau Jawa, program ini bahkan mulai terlihat mubazir, tidak tepat sasaran, bahkan banyak laporan menyebutkan mitra penyedia belum menerima pembayaran.
Baca juga: Peta Jalan Pendidikan Tinggi Indonesia: Strategi, Evaluasi, dan Harapan Menuju Kelas Dunia
Apakah keadilan sosial hanya berlaku di wilayah yang dekat dengan kekuasaan?
Padahal, Papua adalah salah satu wilayah terkaya di Indonesia dari sisi sumber daya alam. Ironisnya, warganya justru hidup dalam keterbatasan. Kekurangan air bersih, fasilitas kesehatan, dan pendidikan masih menjadi masalah utama yang belum terselesaikan.
Bukankah ini yang seharusnya menjadi prioritas?
Janji politik seharusnya lahir dari empati dan tanggung jawab moral, bukan sekadar alat untuk meraih simpati pemilih. Jika janji itu justru menyakiti sebagian besar rakyat dan menyia-nyiakan anggaran negara, bukankah lebih bijak untuk mengalihkannya ke kebutuhan yang lebih mendesak?
Air bersih di Papua bukan kemewahan, tapi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Akses pendidikan bukan privilege, tapi hak yang harus dijamin negara.
Mengapa rakyat yang tinggal di wilayah paling kaya justru mengalami kelaparan dan ketertinggalan?

Sudah saatnya kita tidak hanya memuji kerja-kerja kemanusiaan seperti yang dilakukan Suster Wike, tapi juga mendesak negara untuk hadir lebih adil. Pemerataan bukan hanya soal pembangunan fisik, tapi soal kehadiran negara yang benar-benar memanusiakan manusia.
Papua bukan pinggiran, Papua adalah Indonesia.
Ikuti terus opini publik, dinamika sosial, dan suara dari pinggiran hanya di Creativestation.id — Wadah Inspirasi, Inovasi, dan Ekonomi Masa Depan.
Leave a Comment