Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Syarifah

June 9, 2025

4
Min Read
Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat
Jerhemy Owen vs Tambang Nikel Raja Ampat (Dok. Instagram @jerhemynemo & @niluhdjelantik)

Creativestation.id – Di satu sisi, kita menyaksikan gerakan inspiratif dari Jerhemy Owen bersama program Wenanam Pohon, yang menargetkan penanaman 10 ribu pohon di wilayah kritis Bogor, daerah tinggi yang menjadi penyangga penting bagi resapan air Jakarta.

Di sisi lain, izin tambang nikel di Raja Ampat justru mengancam salah satu ekosistem laut paling kaya di dunia. Dua realita ini menampakkan jalan bersebrangan: satu memperbaiki, satu menghancurkan.

Bogor: Menanam Solusi Atasi Banjir Jakarta

Bogor dikenal sebagai dataran tinggi yang berperan penting menyuplai air untuk wilayah Jakarta. Namun degradasi lahan resapan membuat banjir Ibu Kota kian sering terjadi. Jerhemy Owen melalui program Wenanam Pohon bergerak cepat:

  • Target 10 ribu pohon telah difokuskan di lahan kritis untuk meningkatkan resapan dan stabilisasi tanah.
  • Pohon yang ditanam tidak hanya menangkal longsor, tetapi juga memperbaiki kualitas air dan mengembalikan fungsi ekosistem kritis.
  • Upaya ini adalah wujud nyata bahwa solusi terhadap masalah lingkungan bisa dimulai dari skala lokal, namun menebar manfaat luas.

Kita perlu apresiasi bahwa inisiatif ini lebih dari sekadar penanaman pohon, ia adalah bentuk komitmen pada masa depan ekologi dan ketahanan Kota Jakarta.

Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat
Jerhemy Owen bersama Tim Program Wenanam Pohon Bersiap Mengantar Pohon ke Desa Cibulao, Bogor (Dok. Instagram @jerhemynemo)

Raja Ampat: Kekayaan Alam Dipertaruhankan untuk Ekonomi Tambang

Sementara di Papua Barat, kontras tajam terlihat. Wilayah Raja Ampat, yang menjadi rumah bagi 75% spesies karang dunia dan keanekaragaman hayati laut luar biasa, kini terancam oleh ekspansi izin tambang nikel. Beberapa catatan penting:

  • Luas izin tambang meningkat tiga kali lipat sejak 2020, mencakup lebih dari 494 hektar lahan hutan dan pulau kecil.
  • Aktivitas tambang di Pulau Gag, Kawe, Manuran, menyebabkan deforestasi, sedimentasi masif ke laut, serta menurunnya kualitas air dan kehidupan laut.
  • Masyarakat adat setempat, seperti Suku Kawei secara aktif menolak karena kegiatan ini merusak ekosistem dan mengancam mata pencaharian berbasis perikanan dan pariwisata.

Baca juga: Papua dan Ironi Janji Politik: Saat Tanah Kaya Tak Menjamin Kesejahteraan

Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat
Potret Lokasi Pertambangan di Wilayah Raja Ampat (Dok. Instagram@niluhdjelantik)

Dua Jalan, Dua Nasib Alam

Perbedaan strategi ini menunjukkan dua pilihan kebijakan lingkungan:

  • Bogor: menghijau bersama, merawat tanah dan air agar risiko bencana dan krisis iklim bisa ditekan.
  • Raja Ampat: kebun bawah laut dan hutan pulau dikorbankan demi permintaan nikel global, dengan risiko kerusakan yang masif dan jangka panjang.

Langkah di Bogor menyatukan sinergi antara masyarakat, organisasi, dan ekonomi lokal. Sedangkan di Raja Ampat, keputusan izin tambang dipaksakan walau sudah ada bukti kerusakan ekologis dan penolakan komunitas adat.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

1. Solusi Lokal Bisa Bermanfaat Global
Inisiatif Owen menunjukkan bahwa perubahan kecil bisa menyelamatkan kawasan kritis dan mengurangi bencana tahunan.

2. Izin Tambang Butuh Evaluasi Ketat
Dengan dampak ekologis masif, pemerintah harus mempertimbangkan penghentian permanen izin tambang di kawasan konservasi seperti Raja Ampat. Pengawasan lingkungan dan AMDAL harus dijalankan tanpa kompromi.

3. Masyarakat Harus Dilibatkan Penuh
Suara rakyat adat bukan sekadar statistik, mereka adalah penjaga alam dan perlu menjadi mitra utama dalam keputusan seperti izin tambang.

Di Bogor, kita melihat harapan tumbuh dari tiap bibit pohon yang ditanam sebagai bentuk perlawanan terhadap kerentanan lingkungan. Sebaliknya, di Raja Ampat, hak atas keindahan alam dan ekosistem sepertinya dikalahkan oleh ambisi ekonomi jangka pendek.

Jika pemerintah serius ingin menjaga Indonesia sebagai negara kaya alam, strategi harus mencakup:

  1. Mendorong lebih banyak program restorasi ekologis di wilayah rawan.
  2. Mengevaluasi dan mencabut izin di wilayah bereskalasi tinggi kerusakan.
  3. Menjamin hak masyarakat adat dalam pengambilan keputusan.

Merawat atau merusak, pilihan itu ada di tangan kita dan kebijakan kita hari ini.

Ikuti terus cerita inspiratif anak muda, isu keberlanjutan, dan kebijakan lingkungan hanya di Creativestation.id — Wadah Inspirasi, Inovasi, dan Ekonomi Masa Depan.

Baca juga: Berani Lapor, Berani Pulih: Mahasiswa Bangun Kampus Aman dan Inklusif

4 responses to “Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat”

  1. […] Baca juga: Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat […]

  2. […] Baca juga: Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat […]

  3. […] Baca juga: Menanam 10 Ribu Pohon di Bogor vs Izin Tambang Nikel di Raja Ampat […]

Leave a Comment

Related Post