Creativestation.id – Gadget dan estetika kini menjadi dua hal yang tak terpisahkan dari gaya hidup Gen Z. Di tengah derasnya arus digital, tren hidup simple tapi estetik justru semakin populer, menjadi cerminan nilai dan preferensi generasi ini.
Gaya Hidup Simpel: Pilihan atau Tuntutan?
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 – 2012, tumbuh di era penuh informasi dan perangkat digital.
Di tengah ekspektasi produktivitas yang tinggi, muncul kebutuhan akan kesederhanaan yang disengaja, baik dari segi barang yang digunakan hingga tampilan ruang pribadi.
Konsep “simple living” bukan berarti hidup dalam kekurangan, melainkan kesadaran memilah barang dan pengalaman yang benar-benar berarti. Hal ini terlihat dari tren penggunaan gadget multifungsi, pilihan aksesori minimalis, dan gaya konten media sosial yang clean namun tetap estetik.
Gadget: Teman Setia Gaya Hidup Estetik
Gadget bukan lagi sekadar alat bantu kerja atau hiburan bagi Gen Z. Fungsinya kini telah berkembang sebagai elemen penting dalam ekspresi gaya hidup.
Beberapa Gen Z menyebutkan bahwa mereka lebih memilih gadget dengan desain ramping dengan fitur kamera berkualitas untuk menunjang estetika konten, serta konektivitas yang mempermudah keseharian.
Estetika Digital: Feed Media Sosial yang Terencana
Media sosial menjadi ruang utama ekspresi visual Gen Z. Feed Instagram, highlights, bahkan thumbnail YouTube atau TikTok kini banyak didesain agar harmonis mewakili identitas sekaligus mood board pribadi mereka.
Tak heran, banyak Gen Z yang rela mengatur tone warna gadget, wallpaper, case, bahkan aplikasi digital mereka agar senada dengan style pribadi mereka. Gaya hidup ini bukan semata ikut-ikutan, melainkan bentuk konsistensi estetika sebagai bagian dari branding diri.
Baca juga: Asam Lambung di Usia Muda: Mengapa Gen Z Rentan Terkena GERD?
Konsumsi Digital yang Selektif
Gaya hidup simple tapi estetik juga tercermin dari selektivitas Gen Z terhadap aplikasi yang digunakan. Mereka cenderung mengunduh aplikasi yang multifungsi, mendukung produktivitas, dan tidak memberatkan memori gadget.
Trend ini menunjukkan pergeseran dari konsumsi digital berlebihan menuju digital minimalism. Bahkan, menurut survei YouGov yang dilakukan pada Januari 2025 terhadap 892 responden dewasa di Indonesia, sekitar 50% setuju bahwa waktu ideal anak-anak mengakses media sosial adalah maksimal 2 jam per hari. Hal ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya membatasi waktu layar demi keseimbangan hidup.
Tantangan dan Paradoks: Estetika Bisa Jadi Tekanan
Meski terlihat ideal, gaya hidup estetik juga bisa menimbulkan tekanan tersendiri. Tidak sedikit Gen Z yang merasa harus selalu tampil sempurna secara visual, baik secara offline maupun online.
Hal ini bisa memunculkan “esthetic fatigue”, yaitu kelelahan karena terus-menerus mencoba mempertahankan citra digital yang seragam dan menarik.
Gadget dan estetika kini bukan hanya alat bantu atau gaya, tetapi sudah menjadi bahasa dan ekspresi Gen Z dalam merespon dunia yang serba cepat. Gaya hidup simple tapi estetik adalah bentuk adaptasi kreatif yang mencerminkan kebutuhan fungsional dan keinginan emosional generasi ini.
Namun, di balik kesederhanaan visual, tetap ada kompleksitas sosial yang perlu disadari. Hidup minimalis bukan tentang tampil “sempurna“, melainkan tentang menciptakan ruang, baik fisik maupun digital, yang selaras dengan nilai dan kenyamanan pribadi.
Ikuti terus perkembangan tren Gen Z, gadget, dan gaya hidup digital hanya di Creativestation.id – Wadah Inspirasi, Inovasi, dan Ekonomi Masa Depan.
Baca juga: Dari Skripsi Buntu Menjadi Seblak Hits: Kisah “Seblak Gondez” Andalan Gen Z Pecinta Pedas
Leave a Comment