creativestation.id – Di era digital yang serba cepat, para pelaku usaha, terutama dari kalangan muda semakin mengandalkan strategi pemasaran non konvensional untuk menjangkau pasar.
Salah satu pendekatan yang kini kian populer adalah growth hacking, strategi pertumbuhan yang kreatif, hemat biaya, dan sangat relevan di kalangan Generasi Z.
Berbeda dari strategi pemasaran tradisional yang kerap bergantung pada iklan berbayar di televisi, radio, atau bahkan media sosial.
Growth hacking menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi, kreativitas, dan pemahaman mendalam terhadap perilaku pengguna untuk menciptakan pertumbuhan eksponensial.
Mengapa Gen Z Memilih Growth Hacking?
Generasi Z tumbuh di tengah banjir informasi dan lautan konten digital. Mereka cenderung skeptis terhadap iklan yang terlalu mencolok dan lebih mempercayai rekomendasi dari komunitas atau konten yang terasa otentik.
Hal ini membuat pendekatan growth hacking sangat efektif di kalangan mereka. Contohnya, alih-alih membayar influencer dengan tarif tinggi, banyak brand Gen Z memilih menggandeng nano-influencer atau bahkan pelanggan biasa untuk membuat konten yang tampak natural.
Strategi ini tidak hanya lebih murah, tapi juga menciptakan efek viral yang lebih kuat karena dianggap lebih autentik.
Strategi Growth Hacking yang Populer di Kalangan Gen Z
Beberapa taktik growth hacking yang kini sering digunakan antara lain:
-
UGC (User-Generated Content)
Mengajak pelanggan untuk membuat konten seputar produk atau layanan, lalu mempublikasikannya di media sosial dengan tagar tertentu. Selain memperluas jangkauan, UGC juga membangun kredibilitas brand.
-
Referral Program Kreatif
Seperti yang dilakukan oleh beberapa startup lokal, program “ajak teman” dengan hadiah menarik mendorong pengguna untuk secara sukarela mempromosikan layanan ke jaringan mereka.
-
Eksperimen Produk Gratis atau Beta Terbuka
Brand makanan atau aplikasi digital kini sering membagikan sampel atau akses awal secara gratis. Selain membangun buzz, cara ini memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan langsung dari konsumen.
-
Konten Edukasi dan Interaktif
Gen Z menghargai konten yang memberi manfaat. Brand yang membuat konten edukatif lewat TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Shorts terbukti lebih mudah membangun kedekatan emosional dengan audiens.
Brand Lokal Melesat Lewat Growth Hacking
Salah satu contoh sukses adalah brand streetwear asal Bandung yang berhasil menjual ribuan unit kaos hanya dalam dua minggu tanpa satu pun iklan berbayar.
Mereka menggunakan kombinasi strategi FOMO (fear of missing out), sistem pre-order terbatas, dan kolaborasi dengan komunitas skena musik lokal. Dalam waktu singkat, brand ini menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Growth hacking bukan sekadar tren, tapi pendekatan yang mencerminkan pergeseran perilaku konsumen masa kini, khususnya Gen Z. Dengan mengandalkan kreativitas, teknologi, dan koneksi komunitas.
Strategi tersebut mampu menciptakan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan tanpa harus terus-terusan mengandalkan anggaran iklan yang besar.
Bagi pelaku usaha yang ingin bertahan dan berkembang di tengah persaingan digital, growth hacking bisa menjadi kunci untuk membuka potensi viral tanpa biaya tinggi.
Untuk informasi dan perkembangan Gen Z lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment