Creativestation.id – Penurunan Indeks Saham Didorong Ketidakpastian Ekonomi AS Wall Street mengalami tekanan hebat pada perdagangan Rabu waktu setempat, dengan tiga indeks utama mencatatkan pelemahan signifikan. Indeks S&P 500 turun 1,6% ke level 5.844, memimpin koreksi di antara rekan-rekannya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 817 poin atau 1,9% ke 41.860, sementara Nasdaq Composite terkoreksi 1,4% dan ditutup di angka 18.872.
Pelemahan pasar saham dipicu oleh lonjakan imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS, yang menandakan meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Lonjakan ini menggeser minat investor dari aset berisiko seperti saham ke instrumen yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah.
Yield Obligasi Melonjak, Lelang Treasury Gagal Menarik Minat Investor
Sentimen Negatif Diperparah Oleh Lemahnya Permintaan Surat Utang Kenaikan yield obligasi Treasury, terutama untuk tenor 20 tahun, menjadi katalis utama penurunan pasar saham. Lelang obligasi yang berlangsung hari itu menunjukkan lemahnya minat dari investor institusi, menimbulkan kekhawatiran terhadap kemampuan pemerintah dalam mendanai utangnya di masa depan.
“Kurangnya permintaan di lelang Treasury menunjukkan ketidakpastian yang mendalam tentang arah kebijakan fiskal dan ekonomi AS,” ujar analis pasar dari Global Market Watch, Andrew Bellamy. Kondisi ini menimbulkan efek domino, di mana aksi jual obligasi mendorong yield lebih tinggi dan menekan harga saham secara luas.
Baca Juga : Ronaldo Raja Bisnis! Kekayaannya Bikin Melongo!
Penurunan Peringkat Kredit dan RUU Pajak Tambah Tekanan Pasar
Potensi Utang Tambahan Mencapai Triliunan Dolar Kondisi diperburuk dengan penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody’s pada pekan lalu. Penurunan tersebut mencerminkan meningkatnya keraguan terhadap stabilitas fiskal jangka panjang AS. “Investor bereaksi terhadap sinyal bahwa pemerintah AS semakin kesulitan menjaga kepercayaan pasar terhadap keberlanjutan utangnya,” ungkap ekonom senior, Rachel Tan.
Dalam waktu dekat, Kongres AS akan melakukan pemungutan suara atas Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak yang didorong oleh Presiden Donald Trump. RUU ini diproyeksikan menambah utang nasional sebesar USD3 triliun hingga USD5 triliun jika disahkan. Berdasarkan data dari analis independen, total utang negara AS saat ini telah mencapai USD36,2 triliun.
Baca Juga : Perempuan Hebat Indonesia yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Dunia
Risiko Sistemik dan Kerapuhan Kepercayaan Pasar
Investor Menuntut Kejelasan Kebijakan Ekonomi Ketidakpastian terhadap arah kebijakan fiskal dan prospek ekonomi jangka menengah menimbulkan kekhawatiran yang lebih luas tentang risiko sistemik. Banyak pelaku pasar mulai mempertanyakan efektivitas kebijakan stimulus dan arah inflasi ke depan, terutama dengan ekspektasi bahwa suku bunga tinggi akan dipertahankan lebih lama oleh The Fed.
Di tengah dinamika ini, para analis menyarankan investor untuk berhati-hati dan memantau pergerakan yield obligasi serta keputusan politik dari Washington. “Sampai ada kepastian fiskal dan arah kebijakan yang jelas, volatilitas akan tetap tinggi,” tutup Bellamy.
Untuk informasi dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment