creativestation.id – Kanker mulut masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2017, terdapat 5.329 kasus kanker mulut dari total 18.071 kasus kanker yang tercatat secara nasional. Angka ini menempatkan Indonesia pada peringkat keenam di Asia Tenggara untuk kasus kanker mulut.
Tingginya jumlah penderita diperparah oleh fakta bahwa sebagian besar pasien baru terdiagnosis ketika penyakit telah mencapai stadium lanjut. Hal ini terjadi karena gejala awal sering kali sulit dikenali, sementara metode diagnosis konvensional seperti biopsi cenderung menyakitkan, memakan biaya besar, dan memerlukan waktu lama.
Menjawab tantangan tersebut, tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC) menghadirkan inovasi teknologi bernama Orside: Detektor Lesi Pra-kanker Portable Berbasis Fluoresensi dengan Deep Learning Convolutional Neural Network (CNN). Teknologi ini dikembangkan untuk mempercepat deteksi dini kanker mulut dan meningkatkan efisiensi diagnosis.
Ketua Tim Orside, Heironymus Damar Jati Danisworo, menjelaskan bahwa perangkat ini menggabungkan teknologi fluoresensi dengan kecerdasan buatan (AI).
“Kami ingin menghadirkan teknologi yang bisa mempercepat proses deteksi, lebih nyaman bagi pasien, dan pada saat yang sama, tetap menjamin tingkat akurasi tinggi bagi tenaga medis,” ungkap Heironymus, Senin (6/10).
Secara teknis, Orside menggunakan cahaya fluoresensi biru untuk membedakan jaringan sehat dan jaringan yang berpotensi abnormal pada rongga mulut. Kamera mini yang terhubung lewat Bluetooth akan menangkap citra jaringan dan menganalisisnya menggunakan algoritma CNN.
“Data hasil analisis dapat langsung tersimpan di cloud dan diakses real-time oleh dokter, sehingga proses pemeriksaan jauh lebih efisien,” terang Aurelius Galih Arkananta, anggota tim dari Fakultas Teknik UGM.
Dari sisi desain, alat ini dibuat portable dan ergonomis, serta dilengkapi sistem sterilisasi ultraviolet (UV) pada penutupnya guna mencegah infeksi silang antar pasien.
“Kami merancang agar hasil analisis bisa ditampilkan dengan jelas melalui aplikasi, sehingga mudah digunakan tenaga medis di berbagai kondisi,” ujar Hikmat Sejati, mahasiswa FMIPA UGM yang bertanggung jawab pada sistem antarmuka.
Keunggulan lainnya, Orside mengutamakan aspek keamanan dan kenyamanan pasien.
“Prosedur ini jauh lebih aman dibanding metode konvensional. Kami berharap masyarakat bisa lebih sadar pentingnya pemeriksaan mulut sejak dini,” kata Fatimah Islamia, anggota tim dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM.
Senada dengan itu, Tyasa Dwi Bumi menegaskan pentingnya deteksi dini dalam meningkatkan peluang kesembuhan.
“Jika deteksi dilakukan lebih awal, angka harapan hidup pasien bisa meningkat signifikan,” ujarnya.
Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin lima mahasiswa UGM, yaitu Heironymus Damar Jati Danisworo dan Aurelius Galih Arkananta (FT UGM), Hikmat Sejati (FMIPA UGM), serta Fatimah Islamia dan Tyasa Dwi Bumi (FKG UGM). Mereka dibimbing oleh Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA(K), M.Sc. dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Dosen pembimbing, Indra Bramanti, menilai Orside sebagai bentuk nyata sinergi antarilmu di UGM. Menurutnya, inovasi ini mencerminkan keberhasilan integrasi antara teknik, kedokteran gigi, dan ilmu komputer dalam menciptakan solusi medis aplikatif.
Baca juga : Login Info GTK 2025 Kini Lebih Aman, Begini Cara Aktivasinya!
Ia berharap Orside dapat membantu menekan angka kematian akibat kanker mulut sekaligus memperkuat kontribusi UGM dalam pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.









Leave a Comment