Creativestation.id – Pesawat Air India Boeing yang sedang menjalani penerbangan rute Ahmedabad–London mengalami kecelakaan tragis pada Kamis, 12 Juni 2025. Pesawat berjenis Boeing 787-8 Dreamliner dengan nomor penerbangan AI171 itu jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad.
Kecelakaan ini menewaskan 241 dari total 242 orang yang berada di dalam pesawat, menjadikannya salah satu insiden paling mematikan dalam sejarah maskapai tersebut.
Pesawat Air India Boeing itu diketahui mengangkut 230 penumpang dan 12 kru. Mayoritas penumpang merupakan warga negara India, disusul oleh warga Inggris, Portugal, dan Kanada. Satu-satunya korban selamat adalah seorang warga Inggris keturunan India yang saat ini tengah dirawat intensif di rumah sakit setempat.
Baca juga: Garuda Indonesia Klarifikasi Isu “Grounded”, 15 Pesawat Tertunda Perawatan
Kecelakaan ini menjadi perhatian dunia karena menimpa salah satu jenis pesawat modern dengan catatan keselamatan yang selama ini tergolong tinggi. Boeing 787-8 Dreamliner adalah varian pertama dari keluarga 787 dan telah beroperasi secara global sejak 2011.
Investigasi Fokus pada Masalah Teknis Boeing 787-8 Dreamliner
Saat ini, Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara (AAIB) tengah melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden jatuhnya pesawat Air India Boeing tersebut. Berdasarkan informasi awal, pesawat kesulitan mencapai ketinggian optimal setelah lepas landas. Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa pesawat tampak berjuang naik sebelum akhirnya kehilangan kendali dan jatuh.
Tim investigasi mencurigai adanya masalah serius pada sistem roda pendaratan dan daya angkat pesawat. Roda pendaratan diketahui tidak tertarik dengan semestinya, yang bisa menjadi indikasi adanya kerusakan sistem hidrolik atau kegagalan mesin. Selain itu, pilot sempat mengirimkan sinyal darurat “Mayday” sesaat sebelum pesawat menghantam kawasan permukiman di sekitar bandara, namun tidak mendapat respons tepat waktu dari pengendali lalu lintas udara.
Pesawat Air India Boeing ini hanya mencapai ketinggian sekitar 625 kaki sebelum akhirnya terjun bebas. Posisi roda pendaratan yang masih terbuka dan sayap yang tampaknya tidak dalam konfigurasi optimal untuk pendakian membuat para ahli menduga adanya kombinasi masalah teknis ganda yang menyebabkan kegagalan kritis.
Profil Pesawat Air India Boeing yang Kecelakaan: Dreamliner Berteknologi Tinggi
Pesawat Air India Boeing yang terlibat dalam kecelakaan merupakan varian 787-8 Dreamliner, yang telah berusia 12 tahun. Dreamliner dikenal sebagai pesawat modern yang mengandalkan material komposit ringan pada sebagian besar struktur utamanya, termasuk badan dan sayap.
Material Komposit dan Sistem Aerodinamis
Boeing 787-8 Dreamliner dirancang dengan lebih dari 50% material komposit di bagian badan dan sayapnya. Struktur ini bertujuan mengurangi bobot total pesawat dan meningkatkan efisiensi bahan bakar. Tak hanya itu, desain aerodinamis yang disempurnakan serta sistem sayap yang fleksibel memungkinkan pesawat ini melaju dengan kecepatan hingga Mach 0,85 (sekitar 903 km/jam) dengan konsumsi bahan bakar 20% lebih hemat dibandingkan model lama seperti Boeing 767.
Namun, kecelakaan yang menimpa pesawat Air India Boeing ini membuktikan bahwa teknologi canggih tetap rentan terhadap kegagalan sistem, kesalahan operasional, atau kombinasi keduanya.
Sistem Roda Pendaratan dan Flap Bermasalah
Salah satu dugaan utama dalam kecelakaan ini adalah kegagalan sistem roda pendaratan yang tetap terbuka setelah lepas landas. Posisi flap (sirip tambahan pada sayap untuk menambah daya angkat) juga tampak tidak sesuai. Hal ini memicu spekulasi adanya kerusakan hidrolik atau kesalahan konfigurasi penerbangan yang serius.
“Dalam rekaman video, flap tampaknya sudah tertarik sepenuhnya padahal roda masih terbuka. Itu konfigurasi yang sangat tidak biasa,” ujar konsultan penerbangan John M. Cox.
Mantan pilot Ehsan Khalid menambahkan bahwa roda pendaratan seharusnya mulai ditarik pada ketinggian 30 hingga 50 kaki. “Jika pesawat mencapai 625 kaki tanpa roda tertarik, itu menandakan kemungkinan besar adanya kehilangan daya mesin atau kerusakan hidrolik,” jelasnya.
Rekam Jejak Teknologi dan Produksi Boeing 787-8
Sejak diluncurkan, Boeing 787-8 telah menjadi andalan maskapai dunia untuk rute jarak jauh. Pesawat ini memiliki jangkauan hingga 13.530 km dan mampu mengangkut 210–248 penumpang dalam konfigurasi dua kelas. Mesin General Electric GEnx atau Rolls-Royce Trent 1000 menjadi dapur pacu utama, menghasilkan dorongan hingga 75.000 pon.
Baca juga: Visa Furoda Hangus, Travel Haji Gigit Jari!
Namun, beberapa tahun terakhir, pesawat ini juga menghadapi kritik. Mulai dari masalah produksi di pabrik Boeing Charleston—seperti mur longgar, klem bahan bakar tidak aman—hingga dugaan penggunaan logam di bawah standar oleh pemasok, yang kini tengah diselidiki secara kriminal di Italia.
Kecelakaan ini tidak hanya menyoroti kelemahan dalam operasional maskapai, tetapi juga membuka pertanyaan besar tentang konsistensi kualitas dan keandalan teknologi Boeing 787-8 Dreamliner. Meskipun pesawat ini pernah disebut sebagai “jet berbadan lebar terlaris” dan telah mengangkut lebih dari satu miliar penumpang, reputasi itu kini terancam.
Boeing 787-8 memiliki panjang sekitar 57 meter, dengan rentang sayap 60 meter. Pesawat ini mampu menempuh jarak lebih dari 13.500 kilometer tanpa henti, serta dirancang untuk mengangkut hingga 248 penumpang. Mesin yang digunakan adalah General Electric GEnx atau Rolls-Royce Trent 1000, dua mesin kelas dunia dengan tenaga dorong tinggi.
Namun, meskipun unggul secara desain, pesawat Air India Boeing ini bukan tanpa kontroversi. Beberapa tahun terakhir, laporan mengenai cacat produksi dan mutu bahan baku dari pemasok menjadi sorotan. Investigasi terhadap standar kontrol kualitas Boeing pun terus berlangsung hingga kini.
Kecelakaan Pertama Boeing 787-8 Dreamliner yang Memakan Korban Jiwa
Ini adalah kecelakaan fatal pertama yang melibatkan Boeing 787-8 Dreamliner sejak pesawat ini mulai beroperasi secara komersial lebih dari satu dekade lalu. Sebelum tragedi ini, Dreamliner dikenal sebagai pesawat berbadan lebar terlaris sepanjang masa dan telah mengangkut lebih dari satu miliar penumpang secara global.
Kejadian ini pun menjadi pukulan telak bagi reputasi Boeing dan maskapai Air India, yang kini harus menghadapi pertanyaan besar terkait keselamatan operasional dan pengawasan teknis. Sementara itu, keluarga korban masih menanti kejelasan lebih lanjut mengenai penyebab pasti kecelakaan, sembari berharap investigasi bisa memberi jawaban dan keadilan.
Tragedi jatuhnya pesawat Air India Boeing ini meninggalkan duka mendalam serta pelajaran penting bagi industri penerbangan global. Meski teknologi terus berkembang, keselamatan tetap bergantung pada kombinasi desain, pemeliharaan, dan koordinasi manusia. Hasil investigasi nantinya tidak hanya akan menjelaskan penyebab tragedi ini, tapi juga bisa menentukan masa depan armada Dreamliner di seluruh dunia.
Untuk berita bisnis dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.









Leave a Comment