creativestation.id – Di tengah krisis iklim, ketidakpastian ekonomi, dan ledakan informasi digital, Gen Z tidak hanya mencari solusi logis—mereka juga menengok ke dalam. Manifesting Life: Tren Spiritualitas Modern Gen Z adalah bukti bahwa generasi ini menjadikan spiritualitas sebagai alat navigasi hidup, bukan sekadar warisan kepercayaan.
Berbeda dengan pendekatan religius tradisional, tren ini mengedepankan self-empowerment, afirmasi positif, law of attraction, dan mindfulness sebagai inti praktik. Data dari Pew Research Center (2023) menyebutkan bahwa 48% Gen Z di AS mengidentifikasi diri sebagai “spiritual but not religious” (SBNR), dan angka ini terus meningkat secara global.
Apa Itu Manifesting Life dan Mengapa Populer di Kalangan Gen Z?
Manifesting Life adalah praktik spiritual modern yang berfokus pada visualisasi intensi untuk menarik pengalaman, hubungan, dan keberhasilan melalui energi positif dan kepercayaan diri. Tren ini sering digabung dengan teknik seperti scripting, journaling, hingga vision board.
Mengapa Gen Z tertarik?
-
Penuh tekanan dari dunia kerja, sosial media, dan ekspektasi keluarga
-
Ingin kontrol atas hidup mereka sendiri
-
Mencari alternatif yang personal dan fleksibel dibandingkan struktur agama formal
Menurut Google Trends, pencarian terkait “manifestation techniques” meningkat 600% dari tahun 2020 ke 2024, mayoritas berasal dari kelompok usia 18–26 tahun.
Platform Digital Jadi Sarana Spiritualitas Baru
TikTok, YouTube, dan podcast menjadi panggung utama penyebaran tren Manifesting Life. Di TikTok, tagar #manifestation telah ditonton lebih dari 42 miliar kali (data: TikTok Analytics, 2024). Banyak kreator membagikan afirmasi harian, tutorial scripting, hingga ritual moon phase manifesting.
Contoh konten populer:
-
“Affirmations for abundance”
-
“Scripting your dream life”
-
“Full moon ritual guide”
Platform digital membantu Gen Z membangun komunitas spiritual virtual yang suportif dan bebas stigma.
Healing dan Self-Care: Inti dari Spiritualitas Modern
Manifesting Life tidak bisa dilepaskan dari praktik healing—baik emosional maupun spiritual. Banyak Gen Z mengaitkan trauma masa kecil, burnout, atau quarter-life crisis dengan perlunya spiritual self-care.
Elemen healing populer:
-
Journaling & shadow work
-
Meditasi terpandu (guided meditation)
-
Crystals & aromatherapy
-
Energy cleansing (misalnya dengan palo santo atau sage)
Studi dari Springtide Research Institute (2023) menunjukkan bahwa 60% Gen Z menganggap praktik self-care sebagai bentuk spiritualitas baru yang paling relevan untuk keseharian mereka.
Spiritualitas Bebas Agama: Naik Daun di Kalangan Anak Muda
Gen Z cenderung tidak terikat pada dogma agama. Mereka lebih suka spiritualitas yang:
-
Inklusif dan non-hierarkis
-
Tidak menghakimi identitas gender atau orientasi seksual
-
Dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan pribadi
Istilah seperti “spiritual but not religious”, “energy alignment”, atau “universe mindset” menggambarkan transformasi cara berpikir generasi ini.
Di Indonesia, tren ini juga mulai tumbuh, terutama di kalangan urban yang akrab dengan psikologi populer, literasi emosional, dan wellness culture.
Kritik dan Tantangan: Apakah Manifesting Life Terlalu Dangkal?
Meski populer, tren ini tak lepas dari kritik. Sebagian pakar menyebut praktik ini bisa menjadi bentuk toxic positivity atau spiritual bypassing, yaitu menolak realitas negatif demi tetap “positif” secara paksa.
Tantangan utama:
-
Menyeimbangkan afirmasi dengan aksi nyata
-
Menghindari jebakan ilusi kontrol penuh atas hidup
-
Menyaring konten spiritual yang tidak berdasar
Namun, banyak juga Gen Z yang mulai menggabungkan manifesting dengan terapi profesional, literasi keuangan, atau aktivisme sosial sebagai pendekatan holistik.
Baca juga : Gen Z & Gaya Hidup Multihobi: Semua Dicoba, Semua Dirasakan
Manifesting Life sebagai Ekspresi Spiritualitas Otentik Gen Z
Manifesting Life: Tren Spiritualitas Modern Gen Z adalah refleksi dari kebutuhan akan arah hidup yang bermakna, personal, dan adaptif. Di era yang serba cepat, Gen Z membangun spiritualitas baru yang lebih inklusif, bebas dogma, dan berbasis pengalaman personal.
Meski tak sempurna, pendekatan ini telah membantu banyak anak muda menemukan ketenangan batin, percaya diri, dan semangat menjalani hidup. Selama disertai kesadaran kritis dan keseimbangan dengan realitas, manifesting bisa menjadi alat yang ampuh untuk tumbuh dan berkembang.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment