creativestation.id – Indonesia mencatatkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Dalam laporan World Giving Index (WGI) pada 2024 yang dirilis oleh Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia.
Fakta ini tentu menarik perhatian publik, terutama di tengah berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi saat ini.
Berdasarkan laporan yang dirilis pada November 2024 oleh CAF melalui situs resminya, Indonesia mencatat skor keseluruhan 68 poin, tertinggi di antara 142 negara yang disurvei.
Posisi ini menempatkan Indonesia di atas negara-negara besar seperti Amerika Serikat (peringkat 5), Australia (peringkat 4), dan Selandia Baru (peringkat 3).
Penilaian dalam indeks ini dilakukan berdasarkan tiga indikator utama, yakni:
- Memberikan bantuan kepada orang asing.
- Menyumbang uang untuk amal.
- Menjadi relawan dalam kegiatan sosial.
Dermawan Tak Hanya Soal Uang
Salah satu temuan menarik dari laporan ini adalah tingginya partisipasi masyarakat Indonesia dalam kegiatan sosial, terutama dalam hal menjadi relawan dan membantu orang asing. Data CAF menunjukkan bahwa:
-
84% responden pernah membantu orang asing.
-
62% menyumbang uang untuk amal.
-
60% terlibat aktivitas sukarela atau sosial.
Fenomena ini dianggap sebagai refleksi dari nilai-nilai budaya dan keagamaan yang kuat di Indonesia.
Konsep gotong royong, yang menjadi ciri khas masyarakat Nusantara, serta ajaran berbagai agama yang mendorong umatnya untuk berbagi, menjadi fondasi utama perilaku dermawan masyarakat Indonesia.
Momentum Ramadhan Perkuat Spirit Berbagi
Tak dapat dipungkiri, bulan Ramadhan juga berperan besar dalam mengangkat skor kedermawanan Indonesia. Selama bulan suci tersebut, donasi untuk anak yatim, kaum dhuafa, dan program-program sosial lainnya meningkat drastis.
Menurut laporan dari Dompet Dhuafa, selama Ramadhan 2024 kemarin, terjadi peningkatan donasi sebesar 42% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat dalam menunaikan zakat, infak, dan sedekah secara konsisten.
CEO Filantropi Indonesia, Nur Aisyah, menyatakan bahwa budaya berbagi telah mengakar kuat di tengah masyarakat.
“Bukan hanya soal uang, tetapi soal kepedulian. Kita melihat banyak orang yang ikut membantu korban bencana, menyalurkan makanan, bahkan sekadar menyediakan tempat tinggal sementara bagi mereka yang membutuhkan,” ujarnya.
Peluang ke Depan
Meski mendapat pengakuan internasional, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah memastikan bahwa dana-dana sumbangan dikelola dengan transparan dan akuntabel.
Lembaga-lembaga filantropi diharapkan dapat memperkuat tata kelola dan pelaporan agar kepercayaan publik tetap terjaga.
Dr. Rian Aditya, menyatakan bahwa penguatan regulasi dan edukasi publik sangat penting. “Kita perlu memperkuat sistem audit dan memperluas literasi filantropi, agar masyarakat bijak dalam berdonasi dan tahu ke mana dananya digunakan,” jelasnya kepada media.
Di sisi lain, posisi Indonesia sebagai negara paling dermawan membuka peluang besar untuk mengembangkan ekosistem filantropi nasional. Pemerintah bersama sektor swasta dan masyarakat sipil bisa bersinergi menciptakan inisiatif sosial yang berdampak luas.
Capaian Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia bukan hanya sekedar prestasi, melainkan cerminan dari kekuatan solidaritas dan kepedulian sosial masyarakatnya.
Di tengah arus globalisasi dan individualisme yang meningkat, semangat gotong royong dan keikhlasan berbagi menjadi modal sosial yang sangat berharga.
Semoga prestasi ini menjadi inspirasi untuk memperkuat budaya saling membantu demi Indonesia yang lebih adil dan inklusif.
Leave a Comment