creativestation.id – Generasi Z (lahir tahun 1997–2012) dikenal sebagai generasi digital native yang memiliki karakter kuat, kritis, dan penuh kesadaran sosial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z tidak hanya mencari harga termurah saat berbelanja atau memilih layanan. Mereka justru lebih tertarik pada nilai (value) yang ditawarkan sebuah produk—baik dari segi kualitas, keberlanjutan, etika, hingga keberpihakan sosial suatu brand.
Menurut survei First Insight & Wharton (2022), 73% Gen Z lebih memilih membeli dari brand yang mencerminkan nilai personal mereka, bahkan jika harganya lebih mahal. Artikel ini membahas bagaimana nilai menjadi faktor utama dalam keputusan gaya hidup dan konsumsi Gen Z.
Lebih Mementingkan Etika dan Keberlanjutan
Isu lingkungan dan etika bisnis kini menjadi bahan pertimbangan utama. Gen Z rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk produk ramah lingkungan atau dari perusahaan yang beretika.
Contoh konkret:
-
Produk fashion dari brand sustainable seperti Patagonia atau Sejauh Mata Memandang.
-
Kosmetik cruelty-free seperti The Body Shop atau brand lokal yang vegan.
Studi Deloitte (2024) mencatat bahwa 59% Gen Z menghindari brand yang dinilai merusak lingkungan atau eksploitasi tenaga kerja.
Kualitas dan Daya Tahan Lebih Penting daripada Diskon Besar
Banyak Gen Z mulai menghindari budaya konsumtif. Mereka memilih produk dengan kualitas tinggi dan bisa bertahan lama, dibanding produk murah yang cepat rusak.
Tren ini terlihat pada:
-
Minat terhadap thrift shopping berkualitas dibanding fast fashion.
-
Investasi pada gadget atau alat elektronik yang tahan lama meskipun lebih mahal.
Gen Z juga dikenal melakukan riset mendalam lewat review YouTube, TikTok, hingga komunitas online sebelum membeli.
Brand Harus Punya Purpose yang Jelas
Gen Z menyukai brand yang stand for something. Mereka mendukung brand yang aktif dalam isu-isu sosial seperti kesetaraan, inklusi, dan kesehatan mental.
Contoh:
-
Brand sneakers yang menyuarakan inklusivitas gender.
-
Platform belajar online yang membuka akses gratis bagi pelajar daerah 3T.
Menurut survey IBM dan NRF (2023), 62% Gen Z menyatakan hanya akan setia pada brand yang memiliki nilai dan tujuan yang sama dengan mereka.
Pengalaman Konsumen Jadi Tolok Ukur Nilai
Gen Z tidak sekadar membeli produk—mereka membeli pengalaman. Desain toko, kemudahan transaksi online, pelayanan pelanggan, hingga storytelling brand semuanya diperhatikan.
Apa yang dihargai:
-
Packaging yang estetik dan bisa di-reuse.
-
Website brand yang interaktif dan ramah pengguna.
-
Respon cepat dan ramah di DM atau komentar.
Gen Z lebih loyal terhadap brand yang menciptakan hubungan emosional dan komunitas, bukan hanya penjualan.
Value Juga Berarti Dampak Sosial
Untuk Gen Z, value tidak berhenti pada kualitas barang. Mereka juga peduli apakah pembelian mereka memberi dampak pada masyarakat atau komunitas lokal.
Contoh:
-
Membeli dari UMKM lokal yang memberdayakan perempuan.
-
Donasi dari setiap pembelian produk tertentu ke program sosial.
Menurut laporan McKinsey (2023), 41% Gen Z aktif mendukung produk lokal yang transparan dan memberi dampak nyata pada masyarakat.
Baca juga : Gaya Hidup Gen Z: Minimalis, Estetik, dan Tetap Produktif
Gen Z Mengubah Pola Konsumsi Global
Gaya Hidup Gen Z: Lebih Peduli Value daripada Harga bukan sekadar tren sesaat. Ini adalah refleksi dari nilai-nilai yang mereka pegang teguh: keberlanjutan, keadilan sosial, kualitas hidup, dan koneksi emosional.
Brand dan bisnis yang ingin memenangkan hati Gen Z harus bertransformasi: dari sekadar menjual produk, menjadi agen perubahan yang menyuarakan nilai. Dan sebagai konsumen, Gen Z berhasil menunjukkan bahwa harga bukan segalanya—tapi nilai adalah segalanya.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment