Creativestation.id – Perkembangan teknologi digital telah melahirkan berbagai inovasi yang mengubah cara manusia berinteraksi, salah satunya adalah konsep Digital Twin. Awalnya digunakan dalam industri manufaktur dan penerbangan untuk merepresentasikan kembaran digital dari objek fisik, kini konsep tersebut mulai merambah kehidupan manusia. Di kalangan Gen Z, Digital Twin bukan sekadar alat simulasi teknis, tetapi telah menjadi cerminan diri dalam dunia virtual yang semakin nyata.
Apa Itu Digital Twin?
Digital Twin adalah representasi virtual dari objek, proses, atau sistem fisik yang terus diperbarui dengan data dunia nyata. Teknologi ini memungkinkan simulasi, prediksi, hingga pemantauan secara real-time terhadap performa atau perilaku dari “kembaran” fisik aslinya. Dalam konteks manusia, Digital Twin mencakup avatar virtual yang mencerminkan kepribadian, minat, hingga kebiasaan seseorang, biasanya dalam ruang digital seperti media sosial, metaverse, atau platform gaming.
Bagi Gen Z yang tumbuh dalam era digital, konsep ini sangat familiar. Mereka terbiasa membangun identitas virtual di berbagai platform, mulai dari TikTok, Instagram, hingga Roblox dan VRChat. Identitas tersebut seringkali tampil lebih ekspresif dan leluasa dibandingkan kehidupan nyata. Dengan Digital Twin, batas antara realitas dan dunia maya menjadi semakin tipis.
Baca Juga : Mengenal No-Code Tools, Cara Gen Z Buat Produk Digital Tanpa Ngoding
Digital Twin sebagai Identitas Kedua
Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan kreatif dalam mengekspresikan diri. Di dunia digital, mereka menciptakan versi lain dari diri mereka yang bisa dimodifikasi sesuka hati. Lewat avatar, mereka bereksperimen dengan penampilan, gaya hidup, dan bahkan karakter. Ini menjadi cara untuk menemukan jati diri, menguji persona, sekaligus membangun koneksi sosial dalam ruang yang terasa aman dan inklusif.
Misalnya, dalam platform metaverse seperti Zepeto atau Horizon Worlds, pengguna bisa merancang Digital Twin yang mewakili siapa mereka atau siapa yang ingin mereka jadi. Beberapa menciptakan kembaran diri yang sangat mirip dengan realita, sementara yang lain memilih versi ideal atau bahkan fantastik. Dalam dunia tersebut, perbedaan fisik, latar belakang sosial, atau keterbatasan ekonomi bisa disingkirkan.
Manfaat dan Risiko Bagi Gen Z
Digital Twin membuka banyak peluang. Bagi Gen Z, hal ini bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga personal branding, pembelajaran, hingga bisnis. Mereka bisa menciptakan identitas digital yang memperkuat citra profesional di LinkedIn atau tampil sebagai konten kreator di platform seperti YouTube dan Twitch. Beberapa bahkan menjadikan avatar mereka sebagai tokoh publik virtual yang menghasilkan pendapatan.
Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat risiko yang perlu diwaspadai. Ketergantungan terhadap dunia virtual bisa membuat sebagian Gen Z kehilangan keterhubungan dengan realitas. Ketidaksesuaian antara identitas digital dan kehidupan nyata dapat memicu tekanan mental, krisis identitas, bahkan isolasi sosial. Terlebih jika Digital Twin mulai menggantikan hubungan manusia yang sejati.
Menurut psikolog digital, penting bagi pengguna muda untuk tetap menjaga keseimbangan antara persona virtual dan jati diri asli. “Digital Twin memang menawarkan kebebasan berekspresi, tetapi tetap perlu refleksi diri agar tidak hanyut dalam identitas yang dibuat-buat,” ujar dr. Mira Anggraini, psikolog klinis dari Jakarta.
Baca Juga : Perempuan Hebat Indonesia yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Dunia
Masa Depan Digital Twin di Tangan Gen Z
Sebagai generasi yang akan mendominasi dunia kerja dan sosial dalam beberapa dekade ke depan, Gen Z punya peran besar dalam membentuk masa depan teknologi ini. Kemampuan mereka beradaptasi dan berinovasi bisa membuat Digital Twin tidak hanya menjadi alat hiburan, tetapi juga sarana produktivitas.
Di dunia kerja, misalnya, Digital Twin dapat digunakan dalam simulasi profesi, pelatihan virtual, hingga kolaborasi lintas negara melalui avatar. Di bidang kesehatan, Digital Twin manusia yang terhubung dengan data biometrik bisa membantu mendeteksi penyakit lebih dini. Gen Z yang terbiasa dengan wearable device dan aplikasi kesehatan digital menjadi pengguna potensial sekaligus pengembang masa depan teknologi ini.
Namun semua itu tetap membutuhkan kesadaran etis dan regulasi yang jelas. Siapa yang berhak atas data dari Digital Twin? Bagaimana menjaga privasi dan keamanan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab bersama, terutama oleh Gen Z sebagai pengguna paling aktif. Transparansi, literasi digital, dan kepedulian sosial menjadi kunci agar teknologi ini berkembang secara bertanggung jawab.
Menjadi Digital, Tetap Manusia
Digital Twin telah membuka babak baru dalam cara Gen Z menjalani kehidupan, berekspresi, dan berinteraksi. Namun di tengah kemudahan membangun dunia virtual yang ideal, penting untuk tidak melupakan akar kehidupan nyata. Identitas digital yang kuat seharusnya memperkaya pengalaman, bukan menggantikannya. Sebab, di balik setiap avatar dan simulasi, tetap ada manusia sejati yang punya emosi, koneksi, dan nilai-nilai yang tak bisa diduplikasi sepenuhnya.
Untuk informasi dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment