Aplikasi pesan populer WhatsApp dilarang di Iran, dan warga diminta segera menghapusnya dari perangkat mereka. Langkah ini diumumkan lewat televisi pemerintah dan menjadi sorotan luas karena alasan yang mendasarinya dianggap serius oleh otoritas setempat, namun memunculkan pro dan kontra secara internasional.
Alasan Pelarangan WhatsApp di Iran
Pemerintah Iran menuduh WhatsApp — yang dimiliki oleh perusahaan teknologi Meta — telah mengumpulkan informasi pengguna warga Iran dan membagikannya kepada Israel. Menurut siaran televisi nasional milik pemerintah Iran, aplikasi ini dianggap dapat dimanfaatkan sebagai alat intelijen dalam konflik militer yang tengah memanas antara kedua negara.
“Ini sangat penting karena mereka menggunakan informasi di ponsel Anda, lokasi Anda, dan konten yang Anda bagikan, yang kemungkinan bersifat pribadi tetapi masih dapat diakses,” ujar salah satu pembawa acara dari Islamic Republic News Agency (IRNA).
Kecurigaan Iran juga diperkuat dengan fakta bahwa banyak warga memiliki kerabat yang terlibat dalam proyek nuklir atau tinggal di dekat fasilitas nuklir, yang disebut-sebut sebagai target potensial serangan Israel. Hal ini menjadi dasar pemerintah untuk mengimbau masyarakat agar mengganti aplikasi komunikasi mereka ke layanan lokal.
Namun, hingga kini, Iran belum menunjukkan bukti konkret atas tuduhan serius tersebut. Pemerintah justru memperketat pembatasan internet nasional, menyusul adanya pemadaman jaringan secara luas, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel.
WhatsApp Beri Bantahan Keras
Tuduhan ini ditanggapi dengan tegas oleh pihak WhatsApp. Mereka membantah keras bahwa aplikasinya menjadi alat pengumpulan data untuk kepentingan negara manapun. Dalam pernyataan resminya, WhatsApp menyebut bahwa pesan yang dikirim melalui platform mereka telah dienkripsi secara end-to-end (ujung ke ujung), sehingga tidak bisa dibaca oleh pihak lain, termasuk WhatsApp sendiri.
Baca Juga: WhatsApp Stop Dukungan! 3 iPhone Ini Gak Bisa Dipakai Lagi Mulai 1 Juni 2025!
“Kami tidak melacak lokasi pasti Anda, kami tidak menyimpan catatan soal siapa saja yang mengirim pesan, dan tidak melacak pesan pribadi yang dikirim orang satu sama lain,” tulis WhatsApp dalam pernyataan resmi, dikutip dari Arabnews, Kamis (19/6/2025).
Perusahaan juga menekankan bahwa mereka tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah manapun. WhatsApp menilai tuduhan dari Iran sebagai laporan palsu yang bisa dijadikan dalih untuk memblokir layanan mereka di saat banyak warga Iran sangat membutuhkannya.
“Kami khawatir laporan palsu ini akan jadi alasan memblokir layanan kami saat orang-orang membutuhkannya,” tambah pihak WhatsApp.
Larangan Lama yang Kini Diangkat Lagi
Sejak 2022, sebenarnya WhatsApp sudah diblokir di Iran. Namun, pengguna di negara tersebut tetap bisa mengaksesnya lewat jaringan proksi atau VPN (Virtual Private Network). Pemerintah Iran pun kembali mengingatkan warganya agar tidak lagi memakai layanan tersebut, terlebih di tengah situasi militer yang sensitif.
Di sisi lain, Iran juga mulai memberlakukan pembatasan ketat terhadap penggunaan perangkat terhubung internet, khususnya oleh pegawai negeri dan petugas keamanan. Saat serangan udara berlangsung, mereka dilarang menggunakan smartphone, jam tangan pintar, hingga laptop, guna mencegah kebocoran data strategis.
Situasi yang menyebabkan WhatsApp dilarang di Iran menunjukkan bagaimana teknologi komunikasi bisa menjadi bagian dari konflik geopolitik. Di tengah ketegangan yang terus meningkat, warga Iran kini harus memilih antara keamanan nasional yang diklaim pemerintah, atau kebebasan digital yang mereka nikmati selama ini. Bagaimanapun, pelarangan ini memicu pertanyaan global, terlebih karena tuduhan terhadap WhatsApp hingga kini belum dilengkapi dengan bukti yang sahih.
Untuk berita bisnis dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment