TikTok Bukan Musuh: Begini Cara Didik Etika Digital Gen Z

Acsyara Aulia

July 29, 2025

4
Min Read
TikTok Bukan Musuh: Begini Cara Didik Etika Digital Gen Z

creativestation.id – Dari TikTok ke Etika Digital: Mengarahkan Ombak Teknologi Jadi Lautan Karakter untuk Generasi Z
Dinda, remaja Indonesia biasa, sedang berusaha mati-matian fokus kerjakan tugas kelompok. Tapi, tiap kali jarinya berhenti ngetik, notifikasi TikTok dan Instagram mengajak “mampir” kayak teman yang susah dilupakan.

Swipe demi swipe, waktu berlalu, dan tiba-tiba Dinda sadar: hidupnya lebih dipenuhi algoritma ketimbang buku pelajaran. Terdengar familiar?

Buat jutaan Gen Z kayak Dinda, dunia digital adalah rumah, tapi rumah ini bisa jadi membentuk karakter mereka, atau malah bikin mereka tenggelam. Jadi, bagaimana caranya kita nyanyi bareng teknologi tanpa kehilangan jati diri?

Paradoks Gen Z: Jago Teknologi, Tapi Nyari Nilai Jadi Tantangan

Gen Z Indonesia (yang lahir setelah 1997) adalah definisi “digital native”. Edit video 15 detik? Bisa. Hafal lirik lagu viral dalam sehari? Jago. Googling jawaban kuis lebih cepat dari buka buku? Master.

Tapi, di balik skill kece ini, ada sisi gelap yang bikin orang tua dan guru khawatir: minat baca yang cuma sepotong-sepotong, hati yang gampang goyah gara-gara cyberbullying, sampai nilai kayak kejujuran yang mulai luntur di era AI ini.

Data Kemdikbud 2024 bikin mata terbelalak: 68% siswa SMA ngaku pernah nyontek tugas pakai chatbot tanpa mikir dua kali, dan 4 dari 10 remaja stres gegara tekanan “harus flawless” di sosmed.

Tapi jangan salah, teknologi tidak cuma jadi penutup pintu, dia juga bisa jadi jendela emas buat bentuk karakter, asal kita tahu cara mainnya: bukan memblokir, tapi mengarahkan.

Teknologi Bukan Musuh: 3 Cara Keren Ubah Arus Jadi Kekuatan

Pertama, Dari Scroll Jadi Soul: Literasi Digital, “Kitab Suci” Gen Z. Bayangkan feed Instagram tidak cuma penuh dance challenge, tapi juga konten #JujurItuKeren dari siswa SMA Negeri. Di sekolah itu, guru mengajak bikin reels tentang kejujuran, contohnya, “Kalau chatbot ngasih jawaban salah pas ujian online, kamu pilih apa?” Program dari Sekolah Penggerak Kemdikbud ini bikin kesadaran etika digital naik 52% dalam 6 bulan. Keren, kan? Teknologi jadi “guru siluman” yang ajarkan nilai lewat cara Gen Z banget. Ada aplikasi Digital Character Tracker yang beri feedback langsung, misalnya: “Hari ini lo udah tiga kali muji temen di grup WA. Keep it up!”

Kedua, Kelas Terbalik, Karakter Jadi Juara: TikTok Jadi Guru Dadakan. Di sebuah SMP Terpadu, flipped classroom bikin belajar karakter beda banget. Siswa nonton video empati 60 detik di rumah (dibikin guru pake gaya TikTok) terus pas di kelas, mereka diskusi kasus real: “Gimana bales temen yang di-bully di grup chat?” Hasilnya? 90% siswa lebih berani bela korban cyberbullying, kata survei sekolah. Ini bukti teknologi bisa manfaatkan short attention span Gen Z jadi kekuatan. Konten tanggung jawab 60 detik, podcast toleransi 15 menit, atau game etika, semua pakai bahasa yang Gen Z ngerti banget.

Ketiga, Orang tua + Algoritma: Duet Tak Terduga Buat Benteng Karakter. Ibu Siti panik pas tahu anaknya nonton konten nggak bener di YouTube. Tapi, setelah ikut Digital Parenting, dia ubah parental control jadi ajang ngobrol: “Yuk nonton bareng, trus kita omongin nilai apa yang bisa diambil.” Platform Keluarga Digital bantu banget, orang tua dapat notif kalau anak kebanyakan buka konten negatif, plus panduan ngobrol yang tidak bikin anak takut. Teknologi tida lagi jadi tembok, malah jadi jembatan buat keluarga dan sekolah bareng-bareng bentuk karakter.

Hati-Hati di Lautan: Teknologi Bisa Menolong, Bisa Juga Menikam

Tapi, jangan lupa: teknologi punya dua muka. Ada siswa yang nekad hack akun guru demi nilai, bukti kalau tanpa kompas moral, teknologi cuma bikin kita nyasar. Makanya, literasi digital harus punya akar kuat dari nilai lokal, kayak sangkan paran (Jawa) atau adat basandi syarak (Melayu).

Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila Kemdikbud bikin ini nyata: siswa Bali bikin digital story soal Tri Hita Karana, siswa Aceh desain app toleransi berbasis adat. Teknologi nggak gantiin karakter, tapi jadi cermin yang nunjukin siapa kita sebenarnya.

Ke Lautan Karakter: Yuk Berlayar Bareng!

Pas Dinda selesai tugas kelompoknya (tanpa nyontek AI) dia sadar: teknologi tidak menentukan siapa kita, tapi pilihan kita. Pesan buat Gen Z? Anda bukan budak algoritma, Anda kapten kapal Ahda sendiri. Caranya?

1) Sekolah ubah smartphone jadi senjata belajar karakter, bukan musuh. 2) Orang tua jadi “digital mentor”, bukan cuma melarang. 3) Pemerintah mendorong Sekolah Penggerak sampai pelosok. 4) TikTok sama Instagram bikin filter edukasi bareng Kemdikbud.

Penutup: Teknologi + Harapan = Masa Depan

Bayangkan ini yang terjadi: sekelompok siswa SMA rekam podcast soal kejujuran di era AI. Suara mereka gemetar, bukan takut, tapi semangat ngasih inspirasi. Gen Z tidak hilang karakter; mereka lagi cari cara baru buat pegang teguh nilai.

Baca juga : Dari Clean Girl ke Weirdcore! Bongkar Evolusi Estetika Gen Z

Teknologi itu kayak pisau, bisa menyakiti atau membantu, tergantung yang pegang. Di tangan Gen Z yang didampingi cinta dan bijaksana, dia bisa jadi “booster” buat jadi generasi jujur, kritis, dan peduli.

Jadi, bukan “Gimana matiin arus teknologi?” tapi “Gimana kita surfing bareng, sambil jaga lampu karakter tetep nyala?”

Untuk informasi dan perkembangan Gen Z lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.

Leave a Comment

Related Post