Startup Hijau Indonesia yang Diakui Dunia Karena Inovasi Lingkungan

Ilmi Habibi

May 29, 2025

4
Min Read

Creativestation.id – Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai menunjukkan taringnya di kancah global lewat geliat inovasi startup ramah lingkungan. Disebut sebagai startup hijau, perusahaan rintisan ini menawarkan solusi terhadap persoalan perubahan iklim, limbah, hingga energi terbarukan. Berbekal teknologi, kreativitas, dan kepedulian pada bumi, sejumlah startup hijau asal Indonesia kini sukses menembus pasar internasional dan mendapat pengakuan dunia.

Dorongan Tren Global dan Kesadaran Lokal

Tren keberlanjutan secara global mendorong perusahaan dan konsumen untuk beralih ke produk dan layanan yang lebih ramah lingkungan. Di sisi lain, kondisi lingkungan di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan akibat deforestasi, pencemaran laut, dan emisi karbon juga menjadi pemicu lahirnya startup dengan orientasi keberlanjutan.

Menurut laporan Startup Genome tahun 2024, ekosistem startup hijau di Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan signifikan, dengan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kontribusi tertinggi. Banyak anak muda Indonesia kini menjadikan inovasi lingkungan sebagai fondasi utama dalam membangun bisnis.

Baca Juga : Digital Volunteering, Relawan Zaman Now Lewat Aplikasi dan Platform Online

Jejak Sukses Startup Hijau Indonesia

Beberapa startup hijau Indonesia bahkan telah mendapatkan penghargaan dan dukungan dari lembaga internasional karena solusi inovatif yang mereka tawarkan.

Salah satu contohnya adalah CarbonEthics, startup yang bergerak dalam konservasi dan penyerapan karbon melalui pelestarian mangrove. Inisiatif mereka membantu perusahaan menghitung dan mengimbangi jejak karbonnya, sekaligus memberdayakan masyarakat pesisir. CarbonEthics berhasil menarik perhatian lembaga global seperti United Nations Development Programme (UNDP) dan memperoleh hibah untuk pengembangan proyeknya di berbagai wilayah pesisir Indonesia.

Startup lain yang mencuri perhatian adalah Rebricks, yang mengolah limbah plastik multilayer menjadi bahan bangunan seperti paving block dan bata ringan. Teknologi mereka terbukti mengurangi limbah plastik yang sulit didaur ulang. Keunikan pendekatan Rebricks mengantarkannya sebagai finalis pada beberapa ajang penghargaan inovasi global, seperti Asia-Pacific Low Carbon Lifestyles Challenge.

Sementara itu, Xurya Daya Indonesia, startup di bidang energi surya, menawarkan solusi sewa panel surya tanpa biaya awal kepada industri dan perkantoran. Inovasi model bisnis ini mempercepat adopsi energi bersih di sektor komersial. Xurya berhasil menggandeng investor asing seperti Schneider Electric dan AC Ventures serta memenangkan penghargaan di Singapore Energy Innovation Summit.

Baca Juga : Perempuan Hebat Indonesia yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Dunia

Peran Teknologi dan Kolaborasi Global

Keberhasilan startup hijau ini tidak lepas dari peran teknologi digital, mulai dari pemantauan emisi berbasis AI, pemrosesan limbah cerdas, hingga platform daring yang menghubungkan relawan, donatur, dan proyek konservasi. Mereka juga memanfaatkan kolaborasi dengan lembaga global, baik dalam bentuk pendanaan, pelatihan bisnis, hingga transfer teknologi.

Menurut CEO CarbonEthics, Firlie Ganinduto, kolaborasi global adalah kunci memperluas dampak. “Kami percaya bahwa isu lingkungan tidak mengenal batas negara. Karena itu, sinergi dengan mitra internasional sangat penting dalam mempercepat transisi hijau di Indonesia,” ujarnya dalam konferensi COP28 di Dubai.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski berhasil menembus pasar global, perjalanan startup hijau di Indonesia tidak selalu mulus. Tantangan terbesar masih datang dari sisi regulasi yang belum sepenuhnya mendukung, minimnya insentif pemerintah, serta kesadaran pasar domestik yang belum merata.

Namun, harapan tetap tinggi. Pemerintah melalui Kementerian Investasi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai aktif membuka program akselerator hijau, mendukung ekosistem startup ramah lingkungan, dan menciptakan skema pembiayaan berkelanjutan.

Pakar ekonomi hijau dari Universitas Indonesia, Prof. Endah Rahayu, menyatakan bahwa peran startup hijau akan semakin vital dalam mencapai target net-zero emission Indonesia tahun 2060. “Mereka lebih fleksibel, cepat berinovasi, dan mampu menjadi penggerak perubahan dari bawah,” katanya.

Menjadi Inspirasi Global

Kesuksesan startup hijau Indonesia menjadi bukti bahwa inovasi lokal mampu memberi solusi terhadap persoalan global. Tidak hanya sekadar bisnis, mereka menjadi agen perubahan yang mengajak masyarakat hidup lebih sadar lingkungan.

Dengan ekosistem yang semakin matang dan dukungan multipihak, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pusat inovasi hijau di Asia dalam satu dekade ke depan. Sebuah pencapaian yang bukan hanya membanggakan, tapi juga menyelamatkan masa depan bumi.

Untuk informasi dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.

Leave a Comment

Related Post