Kolaborasi strategis untuk memajukan ekonomi kreatif nasional mulai terjalin. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan perwakilan dari ekosistem kreatif bertemu untuk membahas peran vital Sistem dalam menciptakan sistem yang lebih adil dan efisien. Pertemuan ini berlangsung saat Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif, Yovie Widianto, mengunjungi Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Teknologi untuk Solusi Royalti
Dalam pertemuan tersebut, Yovie Widianto, yang dikenal sebagai musisi senior dan figur penting di industri musik, menyoroti salah satu tantangan terbesar dalam ekonomi kreatif, yaitu sistem royalti.
Ia menekankan bahwa pemanfaatan Sistem adalah kunci untuk menghadirkan solusi yang transparan dan akuntabel.
Dengan sistem yang terintegrasi dan didukung Sistem, para kreator bisa mendapatkan hak mereka secara lebih adil dan tepat waktu.
Baca Juga:Spesifikasi & Harga Xiaomi AI Glasses 2025, Wajib Punya!
Masalah royalti yang tidak transparan sering kali menjadi hambatan bagi para pelaku ekonomi kreatif, terutama di industri musik dan konten digital.
Sistem seperti blockchain atau platform digital terpadu dapat melacak penggunaan karya secara real-time, memastikan setiap karya yang digunakan, baik secara komersial maupun non-komersial, tercatat dengan akurat.
Langkah ini sangat krusial untuk mendorong pertumbuhan industri karena akan memberikan kepastian hukum dan ekonomi bagi para kreator.
Pentingnya Peran Komunitas dalam Ekosistem Kreatif
Menanggapi pandangan Yovie, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa Sistem harus berjalan seiring dengan penguatan komunitas.
Ia memandang bahwa komunitas memiliki peran strategis sebagai penggerak utama dalam proses kreatif di Indonesia.
“Komunitas memiliki peran strategis dalam menggerakkan proses kreatif. Karena itu, mari kita gandeng komunitas untuk menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang kondusif,” ujar Handoko.
Pernyataan Handoko ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang holistik. Sistem tanpa dukungan ekosistem yang kuat tidak akan berfungsi optimal.
Komunitas menjadi wadah bagi para kreator untuk berbagi pengetahuan, berkolaborasi, dan saling mendukung.
BRIN, sebagai lembaga riset, siap memfasilitasi kebutuhan Sistem dan riset bagi komunitas-komunitas ini.
Sinergi antara BRIN yang memiliki keahlian teknis dan komunitas yang memiliki daya kreatif tinggi adalah formula yang ideal.
BRIN bisa menyediakan infrastruktur digital, perangkat lunak, atau bahkan bimbingan teknis yang relevan dengan kebutuhan industri.
Sementara itu, komunitas bisa menjadi laboratorium hidup untuk menguji coba inovasi, memberikan umpan balik, dan menyebarkan adopsi Sistem ke seluruh ekosistem.
Sebagai langkah nyata, BRIN juga membuka pintu kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, industri, dan start-up, untuk mengembangkan solusi Sistem yang spesifik sesuai kebutuhan industri kreatif.
Dengan demikian, Sistem yang dikembangkan tidak hanya canggih, tetapi juga aplikatif dan berdampak langsung pada kesejahteraan para kreator.
Melalui pertemuan ini, terlihat komitmen bersama dari pemerintah dan lembaga riset untuk serius menggarap potensi ekonomi kreatif Indonesia.
Sinergi antara kebijakan pemerintah yang diwakili oleh staf khusus presiden dan inovasi dari lembaga riset seperti BRIN adalah modal kuat untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, adil, dan berdaya saing global.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Masa Depan Ekonomi Kreatif
Diskusi antara BRIN dan Staf Khusus Presiden ini menjadi indikasi bahwa pemerintah pusat semakin serius dalam menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Kehadiran figur-figur dari industri kreatif, seperti Yovie Widianto, memberikan perspektif praktis yang sangat dibutuhkan. Mereka adalah representasi langsung dari tantangan dan peluang yang ada di lapangan.
BRIN, dengan mandatnya sebagai lembaga riset dan inovasi, memiliki peran krusial dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan industri dan ketersediaan Sistem.
Riset yang dilakukan BRIN tidak lagi hanya berorientasi pada publikasi ilmiah, melainkan juga pada solusi yang bisa diimplementasikan secara komersial.
Misalnya, pengembangan kecerdasan buatan (AI) untuk personalisasi konten, Sistem augmented reality (AR) untuk promosi produk kreatif, atau sistem keamanan digital untuk melindungi kekayaan intelektual.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan ekosistem ekonomi kreatif akan semakin matang. Dari sisi regulasi, pemerintah bisa merumuskan kebijakan yang lebih berpihak pada kreator.
Dari sisi Sistem, BRIN bisa menyediakan inovasi yang relevan. Sementara dari sisi pelaku, komunitas dan industri bisa berkreasi dengan lebih leluasa.
Ini adalah model ideal yang mengintegrasikan semua elemen penting untuk mendorong kemajuan.
Baca Juga:Redmi Note 15 Pro+: Layar Keren & Baterai Raksasa 7.000mAh!
Leave a Comment