creativestation.id – Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997–2012, tumbuh di era informasi instan dan teknologi serba cepat. Mereka akrab dengan TikTok, YouTube Shorts, dan Reels—semua konten berdurasi pendek yang padat informasi. Tak heran jika metode microlearning kini semakin relevan. Tapi, apakah benar metode ini cocok dan efektif untuk Gen Z? Mari kita kupas tuntas.
Apa Itu Microlearning dan Mengapa Populer di Kalangan Gen Z?
Microlearning adalah metode pembelajaran berbasis konten pendek dan fokus, biasanya berdurasi 2–10 menit, yang dirancang untuk diserap dalam waktu singkat. Gen Z sangat menyukai format ini karena:
-
Tidak membosankan
-
Bisa diakses kapan saja
-
Format visual dan interaktif (video, kuis, infografik)
Menurut laporan Deloitte (2023), 71% Gen Z lebih menyukai format pembelajaran yang interaktif dan singkat dibanding kelas konvensional berdurasi panjang.
Keunggulan Microlearning untuk Gen Z: Belajar Jadi Lebih Fleksibel
Berikut beberapa alasan mengapa microlearning cocok untuk Gen Z:
-
Mudah dikonsumsi: Durasi pendek sesuai dengan rentang perhatian rata-rata Gen Z yang hanya 8 detik (Microsoft Research).
-
Mobile-friendly: Bisa diakses lewat smartphone, kapan pun di mana pun.
-
Konteks relevan: Banyak materi dibuat berdasarkan skenario real-life, sangat cocok untuk on-the-go learners.
-
Gamifikasi: Banyak platform menggabungkan elemen kuis, badge, leaderboard yang membuat belajar terasa seperti bermain.
Tantangan Microlearning: Tidak Semua Skill Bisa Dipelajari Cepat
Meski efektif, microlearning bukan tanpa tantangan:
-
Tidak cocok untuk topik kompleks: Belajar coding tingkat lanjut atau konsep ekonomi makro butuh waktu lebih panjang dan mendalam.
-
Risiko superfisial: Hanya mengandalkan konten singkat bisa membuat pemahaman menjadi dangkal.
-
Butuh konsistensi: Karena pendek, perlu keteraturan untuk membentuk pemahaman menyeluruh.
Studi oleh eLearning Industry (2024) menyebutkan bahwa microlearning paling optimal jika dikombinasikan dengan macrolearning dalam strategi belajar jangka panjang.
Platform Microlearning Populer dan Cara Menggunakannya
Beberapa platform microlearning yang banyak digunakan Gen Z antara lain:
-
Duolingo: Belajar bahasa dalam bentuk kuis dan game singkat.
-
Khan Academy: Penjelasan konsep matematika dan sains lewat video 5–10 menit.
-
LinkedIn Learning: Micro-course untuk pengembangan karier.
-
TikTok Edu: Creators membagikan tips dan pengetahuan dengan durasi maksimal 3 menit.
Tips memaksimalkan penggunaan:
-
Jadwalkan waktu belajar harian 10–15 menit.
-
Gunakan fitur bookmark dan review.
-
Kombinasikan dengan diskusi di komunitas online atau forum.
Strategi Belajar Microlearning agar Efektif untuk Gen Z
Untuk hasil maksimal, berikut strategi yang bisa diterapkan:
-
Tujuan Jelas: Tentukan skill atau materi yang ingin dikuasai.
-
Belajar Bertahap: Konsumsi satu modul pendek per hari secara konsisten.
-
Aktifkan Catatan Digital: Gunakan aplikasi seperti Notion untuk mencatat hal penting.
-
Uji Diri: Gunakan kuis atau aplikasi flashcard seperti Anki.
-
Diskusi dan Kolaborasi: Gabung forum seperti Reddit, Discord, atau komunitas Telegram sesuai topik.
Baca juga : Sekolah vs Bootcamp vs Autodidak: Ini Pilihan Gen Z
Apakah Microlearning Cocok untuk Gen Z?
Jawabannya: Ya, tapi perlu strategi. Microlearning adalah pendekatan revolusioner yang sejalan dengan gaya hidup cepat Gen Z. Namun, untuk benar-benar menguasai sesuatu secara mendalam, metode ini sebaiknya dikombinasikan dengan pendekatan pembelajaran yang lebih menyeluruh. Ketika digunakan dengan tepat, microlearning bisa menjadi pintu gerbang Gen Z untuk tumbuh sebagai pembelajar mandiri di era digital.
Untuk berita bisnis dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment