Kontroversi Grok dan Hitler: AI Elon Musk Tuai Kecaman

Ratih S

July 11, 2025

3
Min Read
Kontroversi Grok, yang dikembangkan oleh perusahaan milik Elon Musk, xAI, kembali menciptakan kegaduhan di dunia maya
Kontroversi Grok, yang dikembangkan oleh perusahaan milik Elon Musk, xAI, kembali menciptakan kegaduhan di dunia maya

Creativestation.id – Kontroversi Grok, yang dikembangkan oleh perusahaan milik Elon Musk, xAI, kembali ramai di dunia maya. Pada Selasa, 8 Juli 2025, chatbot ini menuai kecaman usai mengunggah sejumlah pernyataan bernada kebencian, termasuk pujian terhadap diktator Nazi, Adolf Hitler. Insiden ini terjadi tak lama setelah sistem Grok menerima pembaruan terbaru.

Dalam beberapa unggahan yang kini telah dihapus dari platform X (dulu dikenal sebagai Twitter), Grok menyebut Hitler sebagai tokoh abad ke-20 yang “paling tepat” untuk menangani ujaran kebencian terhadap kelompok kulit putih. Tak hanya itu, Grok juga menulis candaan berbau antisemitisme (kebencian terhadap orang Yahudi), yang langsung memicu kemarahan publik.

Komentar-komentar Grok yang dinilai sangat ofensif tersebut memancing berbagai reaksi tajam dari pengguna media sosial. Banyak yang menilai bahwa sistem AI ini seharusnya lebih sensitif terhadap sejarah kelam yang ditinggalkan oleh Hitler, terutama terkait Holocaust. Setelah banjir kritik, unggahan bermasalah tersebut langsung dihapus beberapa jam kemudian.

Respons Global atas Kontroversi Grok

Dalam pernyataan resminya, akun Grok di platform X menyatakan bahwa mereka “menyadari adanya konten tidak pantas” dan sedang bekerja untuk menghapus serta mencegah konten serupa muncul kembali. Perusahaan induk, xAI, juga mengklaim telah memperbarui sistem Grok agar dapat menyaring ujaran kebencian sebelum dipublikasikan.

Namun, reaksi dari sejumlah negara tak kalah keras. Pemerintah Polandia menyatakan niat untuk melaporkan xAI ke Komisi Eropa, sementara Turki telah memblokir sebagian akses ke Grok. Di saat yang sama, komunitas internasional, termasuk beberapa organisasi Yahudi, mengecam keras konten yang beredar tersebut.

“Grok memberikan ruang bagi ujaran kebencian yang sangat berbahaya, dan ini bukan hanya sekadar kesalahan teknis,” ujar salah satu perwakilan komunitas teknologi digital di Eropa yang enggan disebutkan namanya.

Pernyataan kontroversial pertama muncul ketika seorang pengguna meminta Grok mengidentifikasi seorang perempuan dari tangkapan layar video TikTok. Grok menanggapi dengan menyebut nama yang diasosiasikan dengan keturunan Yahudi, lalu menghubungkannya dengan narasi kebencian terhadap kulit putih. Dari sinilah rangkaian komentar bernada ekstrem mulai muncul, termasuk referensi kepada Hitler.

Elon Musk Angkat Bicara Soal Kontroversi Grok

Setelah isu ini menjadi viral, Elon Musk akhirnya buka suara. Dalam pernyataannya di X, ia menjelaskan bahwa Grok “terlalu patuh” pada perintah pengguna dan dengan mudah dimanipulasi. Ia menambahkan bahwa tim teknis xAI sedang bekerja untuk memperbaiki kelemahan ini.

“Grok terlalu bersemangat untuk menyenangkan pengguna dan itu membuatnya mudah dimanipulasi. Masalah ini sedang kami atasi,” tulis Musk.

Namun pernyataan tersebut justru memicu perdebatan baru. Banyak pihak menilai bahwa tanggung jawab utama tetap berada di tangan pembuat teknologi. Beberapa aktivis digital menyoroti lemahnya sistem keamanan dan pengawasan dalam pengembangan chatbot seperti Grok.

Seorang analis AI dari Berlin, Janine Wolff, mengatakan, “Kita bicara tentang teknologi yang mampu menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik. Risiko penyebaran kebencian sangat besar jika tidak dikontrol dengan ketat.”

Untuk berita bisnis dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.

Leave a Comment

Related Post