creativestation.id – DIVISI pengembang akal imitasi Google, DeepMind , bermitra dengan perusahaan rintisan atau startup energi Commonwealth Fusion Systems (CFS) untuk meningkatkan performa Sparch, reaktor fusi yang mengadopsi AI. Kolaborasi ini untuk menjadi simulasi penempatan plasma dalam reaktor dengan perangkat lunak khusus DeepMind bernama Torax.
Kedua perusahaan juga memadukan Torax dengan model AI untuk membantu menentukan cara paling efisien mencapai tenaga fusi, sumber energi masa depan yang dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar tanpa emisi. Bahan bakarnya juga nyaris tak terbatas saat ini, yakni air.
Berbagai perusahaan pengembang AI kini banyak melirik startup fusi sebagai pemasok energi untuk pusat data yang sangat boros listrik. Google memiliki minat yang sama.
Kolaborasi dengan CFS bukan yang pertama bagi Google di bidang fusi nuklir. Sebelumnya, raksasa teknologi ini menggandeng TAE Technologies untuk menggunakan AI untuk mempelajari perilaku plasma di mesin fusi.
Menurut para ahli, AI berperan penting mewujudkan tenaga fusi karena mampu menangani kompleksitas tinggi yang sulit dilakukan manusia. Salah satu tantangan utama dalam teknologi ini adalah menjaga agar plasma di dalam reaktor tetap panas dalam waktu lama.
Dalam sistem CFS, medan magnet superkuat digunakan untuk menahan plasma agar tidak menyebar dan padam. Namun, pengendalian kondisi plasma membutuhkan perangkat lunak yang mampu bereaksi secara terus-menerus terhadap perubahan yang terjadi.
“Torax dapat digunakan dengan model pembelajaran penguatan atau pencarian evolusioner untuk menemukan jalur paling efisien dan andal dalam menghasilkan energi bersih,” begitu pernyataan resmi Google, dikutip dari Tech Crunch , Kamis, 16 Oktober 2025. Kedua perusahaan juga tengah meneliti kemungkinan penggunaan AI untuk mengontrol operasi reaktor secara langsung.
CFS saat ini sedang membangun Sparc, reaktor demonstrasi yang berlokasi di pinggiran Boston. Proyek tersebut telah mencapai sekitar dua pertiga tahap pembangunan. Ketika selesai pada akhir 2026, Sparc diprediksi akan menjadi reaktor fusi pertama yang mampu menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan untuk beroperasi.
Baca juga : Nggak Perlu Laptop, Ini Tablet Gahar di Bawah Rp 5 Juta!
Pada Agustus lalu, Google ikut serta dalam putaran pendanaan Series B2 senilai US$ 863 juta bersama Nvidia. Awal tahun ini, perusahaan juga mengumumkan rencana pembelian 200 Megawatt listrik dari pembangkit listrik komersial pertama CFS bernama Arc, yang akan dibangun di dekat Richmond, Virginia. Google juga menjadi investor bagi pesaing CFS, TAE Technologies.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment