Creativestation.id – Hubungan romantis saat ini tak hanya soal perasaan dan komunikasi, tapi juga dipengaruhi oleh istilah-istilah baru yang viral di media sosial. Salah satu istilah yang sedang naik daun adalah gatekeeping dalam hubungan. Walaupun terdengar seperti lelucon TikTok atau caption Instagram, ternyata gatekeeping ini bisa berdampak serius pada kualitas hubungan.
Kalau kamu pernah merasa diminta bantuin sesuatu, tapi semua yang kamu lakukan dikritik karena “nggak sesuai standar”, atau merasa pasangan terlalu “mengatur” bahkan untuk hal-hal kecil… bisa jadi kamu sedang menghadapi gatekeeping. Nah, biar makin paham, yuk bahas lebih dalam!
Apa Itu Gatekeeping dalam Hubungan?
Gatekeeping dalam hubungan sebenarnya bukan hal baru, tapi baru-baru ini jadi sorotan karena sering muncul bareng istilah populer lain seperti halnya gaslighting, ghosting, dan love bombing. Istilah ini memang terkesan lucu, tapi efeknya nggak se-enteng itu.
Gatekeeping dalam hubungan terjadi ketika salah satu pihak terlalu mengontrol cara pasangannya melakukan sesuatu. Misalnya, sudah minta bantuan, tapi tetap diawasi ketat dan dikritik karena hasilnya nggak sesuai standar pribadi. Hal ini bisa bikin pasangan merasa tidak cukup baik atau tidak dipercaya.
Baca Juga: Soft Launch Pacar di Instagram? Inilah Fenomena Budaya Online yang Bikin Netizen Heboh
Mengapa Gatekeeping Bisa Terjadi?
Gatekeeping dalam hubungan bisa muncul karena berbagai faktor. Beberapa di antaranya mungkin terlihat sepele, tapi ternyata punya dampak jangka panjang. Yuk, simak beberapa penyebab umumnya.
1. Kebiasaan dari Latar Belakang yang Berbeda
Setiap orang tumbuh dalam lingkungan yang unik. Misalnya, ada yang terbiasa makan di meja makan, sementara yang lain biasa makan sambil nonton TV. Ketika dua orang dengan latar berbeda menjalin hubungan, perbedaan kecil ini bisa memicu konflik. Kalau salah satu pihak merasa cara mereka adalah yang “paling benar”, gatekeeping bisa mulai muncul tanpa disadari.
Hal-hal seperti cara melipat pakaian, menyusun piring, sampai urusan merawat anak, bisa jadi sumber perbedaan. Ketika perbedaan itu tidak dibicarakan dengan terbuka, yang terjadi justru munculnya pengendalian dan rasa tidak puas—dan itu adalah awal dari gatekeeping.
2. Keinginan Menjadi Perfeksionis
Nggak ada yang salah dengan ingin semuanya berjalan rapi dan teratur. Tapi kalau standar terlalu tinggi sampai membuat orang lain merasa nggak pernah cukup baik, itu jadi masalah. Dalam hubungan, perfeksionisme bisa membuat seseorang merasa harus mengontrol segalanya. Alhasil, saat pasangan melakukan hal sederhana seperti cuci piring atau urus anak, malah dikoreksi atau bahkan diambil alih.
Ini bisa bikin pasangan merasa tidak dihargai. Padahal niatnya ingin membantu. Dalam jangka panjang, ini memengaruhi rasa percaya diri dan membuat hubungan terasa timpang.
3. Pola Komunikasi yang Tidak Sehat
Cara bicara dan menyampaikan perasaan punya pengaruh besar dalam hubungan. Kadang, seseorang berniat menyampaikan masukan, tapi caranya justru terdengar seperti kritik atau merendahkan. Di sinilah gatekeeping bisa masuk, karena salah satu pihak merasa perlu menjelaskan cara yang benar terus-menerus, bukan mengapresiasi usaha pasangannya.
Alih-alih saling memahami, akhirnya komunikasi berubah jadi ajang koreksi. Dan ini bukan cuma bikin hubungan renggang, tapi juga bisa membuat pasangan enggan terlibat lagi dalam aktivitas bersama.
Ciri-Ciri Gatekeeping dalam Hubungan
Setelah tahu pengertiannya, saatnya cek: apakah gatekeeping ini sedang terjadi di dalam hubungan yang sedang dijalani? Beberapa ciri-ciri ini bisa jadi tanda-tanda yang perlu diperhatikan.
Gatekeeping dalam hubungan tidak selalu langsung terlihat jelas. Tapi ada beberapa tanda yang bisa dikenali. Kalau kamu atau pasangan sering merasa nggak puas atas cara satu sama lain melakukan sesuatu, dan lebih memilih mengerjakannya sendiri karena merasa “lebih benar”, itu bisa jadi gejalanya.
1. Sering Mengambil Alih Tugas Pasangan
Minta pasangan melakukan sesuatu, tapi ujung-ujungnya malah diambil alih karena hasilnya “nggak sesuai”? Ini salah satu bentuk paling umum dari gatekeeping. Alih-alih menghargai usaha, yang dilakukan malah menunjukkan bahwa pasangan tidak cukup kompeten.
Ini membuat pasangan merasa tidak dipercaya dan cenderung menarik diri. Lama-lama, satu pihak jadi mengerjakan semuanya sendiri dan merasa lelah, sementara pihak lain jadi merasa tidak berguna.
2. Terlalu Banyak Instruksi atau Pengawasan
Bayangin lagi bantuin pasangan nyuci piring, tapi selama prosesnya kamu terus-menerus dikoreksi: “Itu kurang bersih.” “Salah naruh raknya.” “Gelas harusnya ditaruh terakhir.” Lelah, kan? Kalau semua bantuan disambut dengan kritik dan petunjuk terus-menerus, itu merupakan gatekeeping juga.
Bukan soal nyuci piringnya, tapi soal kontrol yang berlebihan atas cara orang lain melakukan sesuatu. Kalau kejadian ini sering berulang, bisa bikin hubungan jadi penuh tekanan.
3. Memegang Informasi atau Keputusan Sendiri
Gatekeeping bukan cuma soal hal fisik. Dalam banyak kasus, salah satu pihak menahan informasi penting seperti masalah keuangan, perencanaan masa depan, atau keputusan besar, tanpa melibatkan pasangan. Tujuannya bisa jadi ingin menjaga kendali, tapi efeknya justru menciptakan ketimpangan dan rasa tidak aman dalam hubungan.
Contohnya, salah satu pihak tahu kalau pengeluaran bulan ini melebihi anggaran, tapi tidak memberi tahu pasangannya karena merasa “itu urusanku.” Padahal, hubungan seharusnya tentang kerja sama, bukan dominasi.
Apakah Gatekeeping Selalu Buruk?
Pertanyaan ini sering muncul. Jawabannya: tidak selalu, tapi kebanyakan berdampak negatif. Kadang, orang melakukannya karena niat baik—ingin semuanya berjalan lancar, atau terbiasa mengatur segalanya sendiri. Tapi jika dilakukan terus-menerus, efeknya bisa menghancurkan kepercayaan dan kemitraan dalam hubungan.
Gatekeeping Bisa Mengikis Kepercayaan
Kalau pasangan merasa tidak dipercaya, hubungan bisa kehilangan fondasi utamanya: rasa saling menghargai. Perlahan, hubungan jadi penuh ketegangan, salah paham, dan ketidaknyamanan. Bahkan hal kecil bisa memicu pertengkaran besar karena sudah ada luka yang belum sembuh akibat gatekeeping.
Gatekeeping Membuat Hubungan Tidak Seimbang
Hubungan yang sehat itu setara. Ketika satu pihak selalu mengambil alih atau merasa paling benar, maka keseimbangan itu hilang. Ini bisa membuat satu pihak merasa kelelahan karena harus mengerjakan semuanya sendiri, sementara pihak lain merasa tidak punya peran penting.
Gatekeeping Bisa Jadi Gerbang ke Pola Relasi yang Lebih Beracun
Kadang, gatekeeping tidak berdiri sendiri. Ia bisa datang barengan dengan bentuk manipulasi lain seperti gaslighting, di mana pasangan membuatmu merasa bersalah atau meragukan kemampuan diri sendiri. Kombinasi ini sangat berbahaya karena bisa menghancurkan harga diri dan membuat hubungan jadi tidak sehat.
Cara Mengatasi Gatekeeping dalam Hubungan
Tenang, gatekeeping bukan akhir segalanya. Masih bisa diatasi asal keduanya mau introspeksi dan berkomunikasi dengan sehat. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba.
1. Sadari Pola yang Terjadi
Langkah pertama adalah mengenali bahwa perilaku ini ada. Kadang kita tidak sadar sudah melakukan gatekeeping karena merasa itu bentuk perhatian atau perfeksionisme. Tapi kalau sudah melihat efeknya pada pasangan, saatnya untuk berhenti sejenak dan berpikir ulang.
2. Bangun Komunikasi Dua Arah
Komunikasi yang baik bukan cuma soal menyampaikan pendapat, tapi juga mendengarkan. Coba tanyakan pendapat pasangan dan dengarkan dengan niat memahami, bukan membalas. Saat kamu menyampaikan kekesalan, hindari nada menyalahkan dan fokus pada perasaan yang dirasakan.
3. Apresiasi Usaha Pasangan
Meskipun hasilnya belum sempurna menurut standar pribadi, hargai dulu niat dan usahanya. Kalau langsung dikritik, besar kemungkinan pasangan akan malas membantu lagi. Tapi kalau dihargai, lama-lama mereka bisa belajar dan berkembang bersama.
4. Lepaskan Kendali Sedikit Demi Sedikit
Belajar mempercayai pasangan dalam hal kecil bisa jadi awal dari perubahan besar. Nggak harus langsung semuanya, tapi mulai dari tugas sederhana. Biarkan pasangan melakukannya dengan cara mereka. Toh, beda bukan berarti salah.
Gatekeeping dalam hubungan bukan cuma sekadar istilah viral di media sosial. Ini adalah pola sikap yang bisa merusak kepercayaan, kebersamaan, dan kenyamanan dalam hubungan. Meski kadang datang dari niat baik atau kebiasaan lama, jika dibiarkan bisa menjadi sumber ketegangan yang merugikan kedua pihak.
Hubungan yang sehat dibangun dari rasa percaya, apresiasi, dan komunikasi yang terbuka. Kalau kamu merasa ada pola gatekeeping dalam hubungan yang dijalani, jangan ragu untuk membicarakannya dengan pasangan. Mulailah dari hal kecil, dan ubah cara pandang terhadap perbedaan. Karena dalam cinta, saling melengkapi jauh lebih penting daripada saling mengontrol.
Untuk berita bisnis dan ulasan teknologi terbaru, ikuti terus creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.









Leave a Comment