Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak Muda?

Dicky Wicaksono

September 8, 2025

4
Min Read
Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak Muda? (Instagram/@irwandiferry)
Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak Muda? (Instagram/@irwandiferry)

MALANG – Kamu pikir negara ini takut sama senjata? Salah besar. Yang paling ditakuti negara sekarang itu bukan peluru. Tapi otak yang masih bisa berpikir. Lebih berbahaya lagi kalau otak itu ada di kepala anak muda yang tidak bisa dikontrol. Dan itulah Ferry Irwandi.

Coba renungkan. Ferry Irwandi ini siapa sebenarnya? Koruptor? Bukan. Bandar narkoba? Jauh sekali. Teroris? Apalagi.

Namun, mengapa sampai ada seorang jenderal TNI datang langsung ke Polda Metro? Ini bukan perkara sepele.

Bukan satpam kelurahan yang datang sambil membawa map, melainkan Komandan Satuan Siber TNI. Langkah yang terkesan berlebihan untuk seseorang yang bahkan belum jelas apa tuduhannya.

Awal Mula Kejadian

Komandan Satuan Siber (Dansatsiber) TNI, Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Juinta Omboh (J.O) Sembiring tiba-tiba mendatangi Polda Metro Jaya pada Senin (8/9/2025). Ia menyebut nama CEO Malaka Project, Ferry Irwandi, sebagai pihak yang tengah dibicarakan.

Kedatangan Juinta Omboh disebut untuk berkonsultasi dengan jajaran polisi di Polda Metro Jaya. Hasil pembicaraan itu mengarah pada dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Ferry Irwandi.

“Konsultasi kami ini terkait dengan kami menemukan beberapa fakta-fakta dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh saudara Ferry Irwandi,” kata Juinta Omboh (J.O) Sembiring kepada wartawan.

Tanggapan Ferry Irwandi

Melalui akun Instagram pribadinya @irwandiferry, Ferry menegaskan bahwa ia tidak berniat melarikan diri. Ia menuliskan bahwa sejak nomor ponselnya didoxxing, dirinya tidak pernah mengganti nomor. Jika ada yang mengatakan sudah mencoba menghubungi, Ferry memastikan tidak pernah benar-benar dihubungi.

“Saya tidak lari kemana-mana, setelah nomor saya didoxxing pun saya gak pernah ganti nomor, jadi sampai sekarang kalau bilang pernah coba kontak, saya tidak pernah dikontak. Terima kasih,” tulisnya dalam caption.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya siap menghadapi semua proses. Ferry menegaskan tidak pernah dididik untuk menjadi pengecut atau penakut. Bahkan, ia mengingatkan bahwa ide tidak bisa dibunuh ataupun dipenjara.

“Oh ya satu lagi, saya siap menghadapi semuanya, tenang saja, saya tidak pernah dididik jadi pengecut atau penakut,” lanjutnya.
“Saya sampaikan satu hal, ide tidak bisa dibunuh atau dipenjara,” pungkasnya.

Baca Juga: Dua Nyawa, Dua Negara, Tapi Kenapa Kronologi Kematian Mereka Rasanya Terlalu Mirip?

Tanda Tanya Terbesar

Ada pertanyaan besar yang sangat menggantung. Mengapa media bisa lebih dulu mengetahui informasi ini? Mengapa seorang jenderal langsung turun tangan?

Situasi ini bukan prosedur biasa. Ini panggung. Ferry pun bukan tersangka, melainkan aktor utama yang seolah ingin dibunuh karakternya sebelum naskah perlawanan selesai ditulis.

Ini bukan sekadar kasus individu. Ini uji coba. Jika publik diam sekarang, maka pola ini bisa menjadi template. Tinggal disalin untuk aktivis lain, peneliti, bahkan masyarakat umum.

Dan jika masyarakat masih menganggap kasus ini hanya berita singkat yang bisa dilupakan minggu depan, berarti benar kita memang siap dijajah dengan dalih keamanan nasional.

Ferry Bisa Aja Salah, Tapi Cara Negara Jelas Salah

Tidak ada yang mengatakan Ferry 100% benar. Namun, jika ingin menegakkan hukum, maka banyak pintu lain yang seharusnya bisa diketuk terlebih dahulu. Ke mana perginya dana bansos? Siapa pemain besar di balik tambang ilegal?

Siapa mafia dalam proyek IKN? Siapa dalang di balik bisnis sawit? Mengapa semuanya tenang? Mengapa tidak ada jenderal yang bergerak mengejar hal itu?

Aneh rasanya, ketika seorang anak muda membawa suara berbeda dan proyek yang tidak tunduk pada kepentingan lama, ia justru diserang dengan narasi kriminal.

Hari ini Ferry. Besok mungkin giliran orang lain. Atau giliran kita. Itu hal yang harus dipahami.

Tindakan Bijak Kita

Ketika giliran itu tiba, mungkin tidak ada yang membela. Sebab sejak awal, kita sendiri yang membiarkan ini terjadi.

Kamu boleh saja membenci Ferry. Mungkin karena sikapnya keras, atau karena ia tampak terlalu idealis. Itu hak masing-masing.

Namun, jika masih punya logika yang sehat dan nurani yang belum ditukar dengan saldo, jelas ada yang tidak beres di balik semua ini. Jika Ferry sampai ditangkap, maka bukan karena ia maling, melainkan karena ia membuat elite tidak nyaman.

Negara yang sehat akan menerima perbedaan pendapat. Negara yang busuk justru mengkriminalisasi suara yang berbeda dari barisan.

Saya Tidak Takut Disensor, Karena Fakta Tidak Bisa Disensor

Silakan sensor konten ini. Silakan kerahkan buzzer untuk melabelinya hoaks, provokasi, atau politisasi. Saya tidak peduli.

Selama orang-orang seperti Ferry masih diburu karena keberaniannya, saya akan terus menulis, terus berbicara, dan terus menyebarkan kebenaran.

Karena saya lebih takut hidup diam seperti zombie yang disuapi televisi setiap hari, daripada dicap “berisik” oleh negara yang korupsinya semakin menjadi-jadi.

Baca Juga: Nasib Negara-Negara yang Menerapkan Darurat Militer, Bagaimana Jika Indonesia yang Mengalaminya?

  1. […] Baca Juga: Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak … […]

  2. […] Baca Juga: Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak … […]

  3. […] Baca Juga: Ferry Irwandi Dilaporkan Jenderal TNI ke Polda Metro atas Dugaan Pidana: Negara Takut Ide atau Anak … […]

Leave a Comment

Related Post