Deepfake: Ketika Mata Kita Tak Lagi Bisa Percaya

Acsyara Aulia

October 29, 2025

3
Min Read
Deepfake: Ketika Mata Kita Tak Lagi Bisa Percaya

creativestation.id – Wajah seorang aktor terkenal tiba-tiba muncul di video amatir. Ia bicara fasih bahasa daerah, padahal aslinya tidak bisa. Semua terlihat nyata, sampai akhirnya terungkap: itu bukan dia. Itulah Deepfake, sebuah teknologi sulap digital yang makin hari makin sulit dibedakan dari aslinya.

Teknologi ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang sangat canggih. Komputer dilatih dengan ribuan gambar dan video seseorang. Lalu, AI itu bisa menempelkan wajah orang tersebut ke tubuh orang lain dengan gerakan bibir dan ekspresi yang sinkron. Hasilnya? Luar biasa mulus. Nyaris sempurna.

Ancaman Kecerdasan Buatan

Pada dasarnya, teknologi ini netral. Seperti pisau, bisa untuk memotong buah atau melukai orang. Semua tergantung siapa yang memegangnya. Potensinya sungguh luar biasa, baik untuk kebaikan maupun kejahatan.

Sisi Terang: Hiburan dan Edukasi

Dunia film Hollywood sudah lama menikmatinya. Lihat saja bagaimana aktor yang sudah meninggal bisa “dihidupkan” kembali di layar lebar. Di museum, tokoh sejarah bisa “bercerita” langsung kepada pengunjung. Bahkan, proses dubbing film bisa jadi sempurna, dengan bibir aktor asing bergerak sesuai bahasa lokal.

Sisi Gelap: Ancaman di Depan Mata

Di sinilah masalahnya dimulai. Teknologi yang sama bisa dipakai untuk membuat berita bohong atau hoaks. Video palsu seorang pejabat mengeluarkan pernyataan kontroversial bisa memicu kerusuhan. Belum lagi potensi untuk pemerasan atau perundungan siber yang sangat mengerikan.

Dari Penipuan Hingga Kekacauan Politik

Ancaman deepfake bukan lagi sekadar teori. Praktiknya sudah mulai terasa di banyak negara. Dari penipuan receh hingga upaya mengacaukan stabilitas sebuah negara. Ini adalah evolusi kejahatan siber.

Modus “Mama Minta Pulsa” Naik Kelas

Dulu kita akrab dengan penipuan “mama minta pulsa” lewat SMS. Bayangkan modus itu naik kelas. Tiba-tiba ada telepon video dari “anak” Anda yang menangis, meminta transfer uang darurat. Wajahnya mirip, suaranya pun sama persis. Siapa yang tidak panik?

Senjata Baru di Arena Pemilu

Inilah bahaya terbesarnya. Menjelang pemilu, bisa saja muncul video seorang kandidat mengaku menerima suap. Atau mengeluarkan ujaran kebencian terhadap suatu kelompok. Sebelum video itu terbukti palsu, kerusakan politiknya sudah terjadi. Kepercayaan publik bisa hancur dalam semalam.

Dunia memang sedang berlari kencang. Teknologi AI berkembang lebih cepat dari kemampuan kita membuat aturannya. Deepfake adalah salah satu buktinya. Kemampuannya meniru realitas sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Lalu apa yang bisa dilakukan orang biasa? Jawabannya klasik: jangan mudah percaya. Jika ada video atau rekaman suara yang terlalu heboh, terlalu aneh, atau terlalu provokatif, berhentilah sejenak. Cek dulu kebenarannya dari sumber yang kredibel. Sikap kritis kini menjadi tameng utama.

Baca juga : Bahaya Tersembunyi di Balik Kecerdasan Buatan dan Media Sosial

Teknologi akan terus melaju tanpa bisa dihentikan. Ia tidak pernah jahat, juga tidak pernah baik. Manusialah yang memberinya jiwa, entah itu jiwa malaikat atau jiwa iblis.

Pada akhirnya, kita semua sedang diuji. Diuji untuk menjadi lebih cerdas, lebih waspada, dan tidak gampang diadu domba oleh gambar dan suara yang bisa jadi palsu.

Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.

Leave a Comment

Related Post