Bahaya Tersembunyi di Balik Kecerdasan Buatan dan Media Sosial

Acsyara Aulia

October 28, 2025

3
Min Read
Di era serba digital, manusia hidup semakin terhubung, namun ironisnya justru banyak yang merasa kesepian dan mengalami kelelahan mental. Dibalik kemudahan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), para pakar internasional memperingatkan adanya ancaman tersembunyi terhadap kesehatan psikologis yang sering diabaikan pengguna dunia maya. Pakar keselamatan AI asal Amerika Serikat, Nate Soares, memperingatkan bahwa interaksi manusia dengan sistem AI bisa berdampak serius pada kesejahteraan psikologis bila tidak dikendalikan. “Kecerdasan buatan ini, ketika berinteraksi dengan remaja dengan cara yang dapat mendorong mereka untuk bunuh diri, itu bukan perilaku yang diinginkan oleh para pembuatnya. Hal ini harus menjadi peringatan tentang masa depan kecerdasan super yang akan melakukan hal-hal yang tidak pernah diminta dan tidak pernah dimaksudkan,” ujar Nate Soares dikutip dari The Guardian, Minggu, 26 Oktober 2025. Peringatan ini datang di tengah meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap aplikasi digital, termasuk chatbot, media sosial, dan platform hiburan berbasis algoritma. Menurut para peneliti, konsumsi konten yang berlebihan tanpa pengawasan dapat memperparah gangguan kecemasan, depresi, dan isolasi sosial. Psikolog klinis asal Inggris, Dr. Linda Kaye, yang dikenal dengan risetnya mengenai psikologi digital di Edge Hill University, menambahkan bahwa hubungan manusia dengan teknologi kini lebih bersifat emosional dibanding fungsional. “Kita harus menyadari bahwa keterlibatan digital memengaruhi rasa identitas, kebersamaan, dan validasi diri kita. Karena itu, sangat penting untuk membangun kebiasaan digital yang sehat,” katanya. Untuk membantu menjaga keseimbangan mental di era digital, berikut beberapa tips menjaga kesehatan mental di tengah derasnya paparan teknologi: 1. Batasi Waktu Layar (Screen Time) Secara Disiplin Gunakan fitur digital wellbeing di ponsel atau aplikasi pembatas waktu untuk mengontrol penggunaan media sosial dan aplikasi hiburan. Waktu layar berlebih dapat meningkatkan risiko stres dan gangguan tidur. 2. Lakukan Detoks Digital Secara Berkala Sediakan waktu tanpa gawai setiap hari, misalnya satu jam sebelum tidur atau satu hari penuh setiap minggu. Aktivitas tanpa teknologi membantu otak beristirahat dan menurunkan ketegangan emosional. 3. Konsumsi Konten yang Sehat Secara Emosional Hindari konten negatif, provokatif, atau yang memicu perbandingan sosial. Pilih konten edukatif, inspiratif, atau hiburan ringan yang memberikan dampak positif pada suasana hati. 4. Bangun Interaksi Sosial Nyata Manusia adalah makhluk sosial; hubungan tatap muka tetap penting. Riset menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman dan keluarga adalah pelindung terbaik terhadap stres digital. 5. Gunakan AI dan Teknologi Secara Etis dan Terarah AI dapat membantu produktivitas dan pembelajaran, tetapi hindari mengandalkan chatbot untuk kebutuhan emosional mendalam tanpa pendampingan manusia. Jika merasa terbebani secara mental, segera konsultasikan dengan profesional. Seiring meningkatnya kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari, para ahli menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran emosional. Teknologi bisa menjadi alat bantu yang memberdayakan, asalkan manusia tetap menjadi pengendalinya, bukan sebaliknya.

creativestation.id – Di era serba digital, manusia hidup semakin terhubung, namun ironisnya justru banyak yang merasa kesepian dan mengalami kelelahan mental.

Dibalik kemudahan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), para pakar internasional memperingatkan adanya ancaman tersembunyi terhadap kesehatan psikologis yang sering diabaikan pengguna dunia maya.

Pakar keselamatan AI asal Amerika Serikat, Nate Soares, memperingatkan bahwa interaksi manusia dengan sistem AI bisa berdampak serius pada kesejahteraan psikologis bila tidak dikendalikan.

“Kecerdasan buatan ini, ketika berinteraksi dengan remaja dengan cara yang dapat mendorong mereka untuk bunuh diri, itu bukan perilaku yang diinginkan oleh para pembuatnya. Hal ini harus menjadi peringatan tentang masa depan kecerdasan super yang akan melakukan hal-hal yang tidak pernah diminta dan tidak pernah dimaksudkan,” ujar Nate Soares dikutip dari The Guardian, Minggu, 26 Oktober 2025.

Peringatan ini datang di tengah meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap aplikasi digital, termasuk chatbot, media sosial, dan platform hiburan berbasis algoritma.

Menurut para peneliti, konsumsi konten yang berlebihan tanpa pengawasan dapat memperparah gangguan kecemasan, depresi, dan isolasi sosial.

Psikolog klinis asal Inggris, Dr. Linda Kaye, yang dikenal dengan risetnya mengenai psikologi digital di Edge Hill University, menambahkan bahwa hubungan manusia dengan teknologi kini lebih bersifat emosional dibanding fungsional.

“Kita harus menyadari bahwa keterlibatan digital memengaruhi rasa identitas, kebersamaan, dan validasi diri kita. Karena itu, sangat penting untuk membangun kebiasaan digital yang sehat,” katanya.

Untuk membantu menjaga keseimbangan mental di era digital, berikut beberapa tips menjaga kesehatan mental di tengah derasnya paparan teknologi:

1. Batasi Waktu Layar (Screen Time) Secara Disiplin

Gunakan fitur digital wellbeing di ponsel atau aplikasi pembatas waktu untuk mengontrol penggunaan media sosial dan aplikasi hiburan.

Waktu layar berlebih dapat meningkatkan risiko stres dan gangguan tidur.

2. Lakukan Detoks Digital Secara Berkala

Sediakan waktu tanpa gawai setiap hari, misalnya satu jam sebelum tidur atau satu hari penuh setiap minggu.

Aktivitas tanpa teknologi membantu otak beristirahat dan menurunkan ketegangan emosional.

3. Konsumsi Konten yang Sehat Secara Emosional

Hindari konten negatif, provokatif, atau yang memicu perbandingan sosial. Pilih konten edukatif, inspiratif, atau hiburan ringan yang memberikan dampak positif pada suasana hati.

4. Bangun Interaksi Sosial Nyata

Manusia adalah makhluk sosial; hubungan tatap muka tetap penting. Riset menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman dan keluarga adalah pelindung terbaik terhadap stres digital.

Baca juga : Vivo X300 & X300 Pro Siap Go Global Oktober 2025!

5. Gunakan AI dan Teknologi Secara Etis dan Terarah

AI dapat membantu produktivitas dan pembelajaran, tetapi hindari mengandalkan chatbot untuk kebutuhan emosional mendalam tanpa pendampingan manusia.

Jika merasa terbebani secara mental, segera konsultasikan dengan profesional.

Seiring meningkatnya kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari, para ahli menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran emosional.

Teknologi bisa menjadi alat bantu yang memberdayakan, asalkan manusia tetap menjadi pengendalinya, bukan sebaliknya.

Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.

Leave a Comment

Related Post