creativestation.id – Kehilangan atau perubahan indra perasa (ageusia, hypogeusia, atau dysgeusia) mengganggu kenikmatan makan, pola makan, dan kualitas hidup. Pada era pasca-COVID, banyak orang mengalami gangguan ini — tapi kabar baiknya: sebagian besar orang pulih. Artikel ini menjelaskan cara mengembalikan indra perasa dari tindakan sederhana di rumah hingga opsi medis yang lebih maju, lengkap dengan bukti dan panduan praktis yang bisa langsung Anda coba.
1. Memahami mengapa indra perasa hilang
Indra perasa dipengaruhi oleh dua sistem: reseptor rasa di lidah (sweet, salty, sour, bitter, umami) dan indera penciuman (yang memberi “rasa” lewat aroma). Penyebab umum:
-
Infeksi saluran pernapasan (termasuk COVID-19).
-
Kerusakan saraf, obat-obatan, kekurangan nutrisi (mis. zinc), peradangan mulut, atau masalah gigi.
Mengetahui penyebab membantu menentukan cara mengembalikan indra perasa yang paling tepat. Banyak kasus pasca infeksi menunjukkan pemulihan spontan dalam beberapa bulan.
2. Fakta penting & statistik yang perlu diketahui
-
Studi besar menunjukkan sebagian besar pasien pulih dalam beberapa bulan; satu review melaporkan perkiraan pemulihan olfaksi (indera penciuman) hingga ~95% dalam 6 bulan menurut data self-report pada beberapa kohort pasca-infeksi.
-
Pada penelitian lain, sekitar 10% pasien masih melaporkan gangguan gustatori (rasa) pada evaluasi 6 bulan; kejadian ageusia total cukup jarang (~1% pada beberapa seri).
-
Pengukuran objektif jangka panjang menunjukkan bahwa pada 1 tahun, gangguan rasa obyektif seringkali sudah membaik, sedangkan gangguan penciuman bisa bertahan lebih lama pada sebagian orang.
3. Langkah rumah
-
Perkuat rangsangan rasa & aroma: pakai bahan beraroma kuat (jeruk, kopi, bawang putih, jahe, cabai) dan variasi suhu/tekstur untuk membantu mendeteksi rasa.
-
Hidrasi & kebersihan mulut: mulut kering dan infeksi mulut memperburuk rasa; sikat gigi, berkumur, dan jaga hidrasi.
-
Hentikan faktor yang merugikan: berhenti merokok, kurangi alkohol, dan cek obat-obatan yang bisa mengganggu rasa (konsultasikan dengan dokter jika perlu penggantian).
-
Makan perlahan & fokus (mindful eating): fokus pada bau, tekstur, suhu — ini membantu otak “merekam” kembali sensasi.
Langkah-langkah ini sederhana tapi seringkali efektif sebagai bagian dari proses rehabilitasi.
4. Olfactory training
Walau namanya terapi penciuman, olfactory training sering membantu pemulihan rasa karena bau dan rasa terhubung erat. Protokol praktis yang direkomendasikan:
-
Gunakan 4 aroma berbeda (mis. mawar/flower, lemon/citrus, kayu putih/eucalyptus, kayu manis/clove).
-
Cium tiap aroma dua kali sehari, setiap kali menghirup 10–20 detik per aroma, selama minimal 12–24 minggu (banyak panduan menyarankan hingga 24 minggu).
Bukti: olfactory training memiliki bukti mendukung dan direkomendasikan sebagai terapi awal non-invasif untuk gangguan penciuman pasca-infeksi.
5. Suplemen & obat
-
Zinc: Defisiensi zinc dapat menyebabkan gangguan rasa; suplementasi pada kasus defisiensi atau idiopatik menunjukkan manfaat. Namun jangan mengonsumsi dosis tinggi tanpa pemeriksaan.
-
Kortikosteroid (topikal/oral): beberapa studi dan tinjauan menyebut potensi manfaat pada kondisi inflamasi tertentu, tetapi bukti tidak konsisten dan efek samping perlu dipertimbangkan — konsultasikan dokter THT.
-
Vitamin A, sodium citrate, theophylline, dan obat lain pernah diteliti; bukti masih terbatas dan harus diputuskan bersama spesialis.
6. Bila latihan & suplemen tidak cukup
-
Konsultasi dengan spesialis THT (ENT): pemeriksaan fisik, tes penciuman/rasa, dan pemeriksaan neurologis.
-
Terapi bedah baru (contoh): beberapa pusat pelopor melaporkan prosedur seperti functional septorhinoplasty yang meningkatkan aliran udara ke daerah olfaktori dan menunjukkan hasil pada pasien long-COVID yang tak sembuh dengan terapi lain (hasil awal menjanjikan, masih spesifik dan belum luas). Diskusikan manfaat/risiko dengan dokter.
7. Pencegahan & perawatan jangka panjang
-
Jaga kesehatan umum: vaksinasi, jaga nutrisi seimbang, pantau status gizi (terutama zinc), dan rawat masalah gigi/mulut.
-
Jika mengalami parosmia (bau terganggu/menjijikkan), lakukan olfactory training yang dimodifikasi dan cari dukungan psikologis bila perlu — kondisi ini bisa mengganggu makan dan mood.
8. Kapan harus ke dokter?
Segera konsultasikan jika:
-
Kehilangan rasa tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.
-
Gangguan rasa berlangsung >2–3 minggu tanpa perbaikan.
-
Penurunan berat badan, dehidrasi, atau tanda infeksi/gangguan neurologis.
Dokter akan melakukan pemeriksaan, mungkin tes laboratorium (mis. kadar zinc), dan rujukan ke THT atau neurolog jika diperlukan.
Baca juga : Warna Rambut Coklat Karamel: Rahasia Tampilan Glowing
Cara mengembalikan indra perasa biasanya dimulai dari langkah sederhana: perbaiki kebersihan mulut, gunakan rangsangan rasa/aroma yang kuat, dan lakukan olfactory training konsisten selama berbulan-bulan. Suplemen seperti zinc bermanfaat jika ada defisiensi; terapi medis lebih lanjut (kortikosteroid atau prosedur bedah khusus) hanya untuk kasus yang tak membaik dan harus melalui evaluasi dokter. Mayoritas pasien menunjukkan perbaikan dalam beberapa bulan, tetapi beberapa orang membutuhkan penanganan jangka panjang atau pendekatan khusus. Jika Anda khawatir, konsultasikan ke dokter THT untuk penilaian dan rencana pemulihan yang tepat.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.









Leave a Comment