creativestation.id – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI terus berinovasi dengan menerapkan teknologi pengenalan wajah (face recognition) untuk mempermudah proses boarding penumpang kereta api. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga sejalan dengan upaya perusahaan untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa teknologi face recognition ini sudah diterapkan di 22 stasiun dan akan terus diperluas. “Teknologi face recognition boarding gate mengimplementasikan teknologi digital saat pelanggan melakukan boarding,” ujar Anne dilansir dari Antaranews .
Bagaimana Teknologi Face Recognition Bekerja?
Teknologi face recognition ini menggunakan kamera canggih untuk mengidentifikasi dan memvalidasi identitas penumpang melalui wajah mereka. Data wajah penumpang sudah terintegrasi dengan data tiket yang mereka miliki. Hal ini memungkinkan pelanggan KA Jarak Jauh untuk tidak lagi perlu menunjukkan berbagai dokumen pribadi, seperti boarding pass fisik, e-boarding pass, atau KTP.
Penggunaan teknologi ini bertujuan untuk mempercepat proses boarding dan meningkatkan kenyamanan penumpang. Selain itu, dengan sistem ini, pelanggan tidak perlu repot mencetak tiket fisik, sehingga proses boarding menjadi lebih efisien.
Salah satu dampak positif yang dihasilkan dari penerapan teknologi ini adalah penghematan penggunaan kertas. Anne menyebutkan bahwa pada periode Januari hingga Juli 2025, KAI berhasil menghemat 16.295 rol kertas yang biasa digunakan untuk mencetak tiket fisik. Nilai efisiensi tersebut diperkirakan setara dengan Rp230 juta.
“Penghematan ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan berdampak langsung pada pelestarian lingkungan,” katanya.
Sejak teknologi ini diterapkan tiga tahun lalu, KAI mencatat lebih dari 16 juta pelanggan yang memanfaatkan layanan boarding dengan face recognition. Dalam tiga tahun penerapan, KAI menghemat total 40.296 rol kertas, yang setara dengan lebih dari Rp599 juta dalam biaya cetak tiket. Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengguna yang memanfaatkan teknologi ini di stasiun-stasiun yang telah dilengkapi dengan sistem tersebut.
Anne juga menjelaskan bahwa digitalisasi yang diterapkan oleh PT KAI, termasuk dengan penggunaan face recognition dan aplikasi Access by KAI , merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk menciptakan transportasi publik yang lebih responsif terhadap perkembangan teknologi. “KAI yang sekarang sudah berbeda dengan KAI yang dulu.
Belajar dari pengalaman COVID-19, kami mempercepat digitalisasi dengan menghadirkan e-boarding pass, yang memungkinkan penumpang langsung menuju peron tanpa perlu mencetak tiket fisik,” ungkapnya.
Inovasi digital ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga mendukung terciptanya layanan yang lebih cepat dan nyaman bagi pelanggan. Dengan mengurangi ketergantungan pada proses manual, seperti pencetakan tiket, sistem digital ini turut berperan dalam operasional yang ramah lingkungan.
Baca juga : Lebih Canggih dari Herbisida, Petani Kini Pakai Traktor Api
KAI menargetkan untuk terus mengembangkan layanan digital yang semakin terintegrasi di masa depan. Salah satu tujuan utamanya adalah integrasi antarmoda, di mana aplikasi Access by KAI akan menjadi penghubung perjalanan dari titik awal hingga tujuan akhir secara seamless .
“Inisiatif ini sejalan dengan visi KAI untuk menggerakkan transportasi berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tutup Anne.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.









Leave a Comment