ITS Ambil Peran Sentral dalam Riset dan Pengembangan Teknologi Kapal Selam Indonesia

raditya satya pranaja

August 21, 2025

4
Min Read
ITS Ambil Peran Sentral dalam Riset dan Pengembangan Teknologi Kapal Selam Indonesia
ITS Ambil Peran Sentral dalam Riset dan Pengembangan Teknologi Kapal Selam Indonesia

Institut Teknologi Sepuluh Nopember  kembali menegaskan perannya sebagai pelopor di bidang teknologi maritim. Melalui sebuah seminar yang berfokus pada peningkatanteknologi kapal selam,Institut Teknologi Sepuluh Nopember menunjukkan komitmennya untuk membantu membangun pusat pengembangan teknologi kapal selam pertama di Indonesia. Acara yang diselenggarakan oleh Laboratorium Marine Manufacturing and Design (MMD) Departemen Teknik Sistem Perkapalan (DTSP) Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember  ini berlangsung di Gedung Nasdec Institut Teknologi Sepuluh Nopember , Selasa (19/8).

Seminar ini dihadiri oleh berbagai pihak strategis di sektor maritim, termasuk perwakilan TNI Angkatan Laut (AL), PT PAL Indonesia, ExxonMobil, serta perusahaan perancang kapal selam terkemuka asal Belanda, Nevesbu.

Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Maritim

Dekan FTK Institut Teknologi Sepuluh Nopember , Dr. Ing. Ir. Setyo Nugroho, mengungkapkan bahwa seminar ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan untuk mewujudkan pusat pengembangan teknologi kapal selam di tanah air.

Sebagai negara maritim yang luas, Indonesia sangat membutuhkan kapal selam yang optimal untuk menjaga kekayaan laut dan jalur komunikasi bawah lautnya.

Baca Juga:Google Resmi Perkenalkan Tensor G5 di Pixel 10 Series, Benarkah Akan Hadir di Indonesia?

Senada dengan hal tersebut, Laksamana Pertama TNI AL Muhammad Iwan Kusumah, S.E., menjelaskan lima pilar fundamental yang harus dipenuhi untuk mengoptimalkan pertahanan bawah laut Indonesia.

Kelima pilar tersebut adalah pendanaan, kapasitas industri, infrastruktur, sumber daya manusia, dan sistem keselamatan.

Ia menekankan bahwa kelima pilar ini harus dibangun secara seimbang untuk menciptakan kekuatan kapal selam yang efektif dan andal, yang pada akhirnya akan mewujudkan kemandirian dan kedaulatan maritim Indonesia.

Peran Teknologi Canggih dan Kolaborasi Akademis

Dari sisi teknologi, Albert Jurgens, Direktur Komersial Nevesbu, memperkenalkan teknologi kapal selam serba listrik yang dikembangkan perusahaannya.

Kapal selam tipe Moray 600E ini dinilai sangat cocok untuk kebutuhan pertahanan maritim nasional.

Keunggulan kapal selam ini adalah kemampuannya untuk beroperasi di perairan dangkal selama dua minggu penuh.

Selain itu, desain dan sistem yang disederhanakan secara signifikan juga akan meminimalkan biaya perawatannya.

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga menunjukkan adanya kolaborasi erat antara dunia akademis dan industri.

Acara ini turut dihadiri oleh perwakilan dari institusi pendidikan lain, seperti Technical University (TU) Delft, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), Akademi Angkatan Laut (AAL), hingga Politeknik Pelayaran Surabaya.

Melalui seminar ini, ITS turut berkontribusi dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-9, yaitu industri, inovasi, dan infrastruktur.

Dengan perannya yang aktif dalam mendorong inovasi teknologi maritim, khususnya kapal selam, ITS menjadi bagian penting dari pengembangan industri dan infrastruktur pertahanan nasional Indonesia.

Mendorong Ekosistem Inovasi untuk Pertahanan Maritim

Inisiatif ITS ini mencerminkan pemahaman yang mendalam bahwa kemandirian pertahanan tidak dapat dicapai hanya dengan membeli alutsista dari luar negeri.

Sebaliknya, dibutuhkan ekosistem riset dan inovasi yang kuat di dalam negeri. Dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, industri, hingga militer, seminar ini menjadi platform ideal untuk menyatukan visi dan misi.

Keterlibatan Nevesbu sebagai perusahaan perancang kapal selam ternama memberikan wawasan berharga tentang tren teknologi terkini, seperti kapal selam elektrik.

Teknologi ini tidak hanya menawarkan keunggulan operasional, tetapi juga menjawab tantangan global terkait efisiensi energi dan keberlanjutan.

ITS dapat memanfaatkan pengalaman ini untuk mengembangkan kurikulum dan program penelitian yang relevan, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang ini.

Selain itu, kehadiran institusi pendidikan militer seperti STTAL dan AAL menegaskan bahwa kolaborasi ini juga mencakup transfer pengetahuan dari ranah sipil ke militer.

Mahasiswa dan perwira TNI AL dapat belajar langsung dari para ahli di ITS dan industri, menciptakan sinergi yang akan memperkuat pertahanan nasional.

Pada akhirnya, seminar ini adalah langkah konkret ITS untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Melalui pengabdiannya dalam bidang pertahanan, ITS tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas, tetapi juga turut serta dalam menjaga kedaulatan dan keamanan bangsa.

Inisiatif ini juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi luar negeri dan menjadi pemain utama dalam industri pertahanan maritim global.

Baca Juga:Sinergi BRIN dan Pelaku Usaha, Teknologi Jadi Kunci Kemajuan Ekonomi Kreatif

Leave a Comment

Related Post