creativestation.id – Dalam dunia desain grafis, memahami karakter audiens menjadi kunci utama menciptakan karya yang relevan dan berdampak. Saat ini, dua generasi yang paling dominan di ranah digital—Zillennials dan Milenial—memiliki pendekatan estetika yang cukup kontras.
Zillennials (kelahiran akhir 1990-an hingga awal 2000-an) merupakan generasi transisi antara Gen Z dan Milenial. Mereka tumbuh bersama teknologi digital namun masih memiliki nilai-nilai era pra-smartphone. Di sisi lain, Milenial (kelahiran 1981–1996) dikenal sebagai pionir dalam mengadopsi digitalisasi, tetapi tetap menghargai gaya visual yang bersih, minimalis, dan terstruktur.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam Gaya Desain Zillennials vs Milenial: Apa Bedanya? melalui aspek warna, tipografi, layout, hingga visual branding.
Preferensi Warna: Bold vs Soft
Salah satu aspek paling mencolok dalam perbedaan gaya desain adalah pemilihan warna.
-
Zillennials cenderung menyukai warna-warna neon, saturated, dan color block. Mereka menyukai gaya yang mencolok, kontras tinggi, dan terinspirasi dari era Y2K atau tren retro digital.
-
Milenial, sebaliknya, lebih suka palet warna earth tone, pastel, dan neutrals seperti beige, abu-abu muda, dan dusty pink.
Menurut laporan 99designs (2024), 68% brand yang menyasar Zillennials lebih memilih warna berani dan eksperimental, dibanding hanya 42% pada segmen Milenial.
Tipografi: Unik dan Playful vs Clean dan Profesional
Pilihan font juga menunjukkan perbedaan mencolok antara dua generasi ini.
-
Zillennials menyukai font eksperimen, sering menggunakan handwritten, quirky serif, atau distorted display fonts untuk memberi kesan ekspresif dan personal.
-
Milenial lebih memilih sans-serif clean seperti Helvetica, Avenir, atau Lato—mewakili minimalisme dan profesionalisme.
Contoh brand:
-
Zillennial-style: Glossier Gen-Z campaign, Canva Templates 2023-2024
-
Milenial-style: Airbnb rebranding 2014, Everlane website layout
Layout dan Komposisi: Bebas vs Simetris
Perbedaan pendekatan terhadap tata letak konten juga sangat kentara:
-
Zillennials lebih fleksibel dan eksperimental—mereka menyukai layout asimetris, kolase digital, atau layering teks dan gambar ala zine culture.
-
Milenial lebih menyukai struktur grid-based, dengan hierarki visual jelas, dan ruang putih (white space) yang optimal.
Dalam studi dari Adobe Creative Trends (2023), konten dengan layout eksperimental lebih banyak di-repost oleh audiens Gen Z/Zillennial di Instagram dan TikTok.
Elemen Visual dan Grafis: Retro-Futuristik vs Clean Modernism
Zillennials menggabungkan nostalgia era 90-an dan awal 2000-an dengan sentuhan futuristik—mereka mengadopsi elemen seperti glitch effect, hologram textures, pixel art, dan stiker digital.
Sedangkan Milenial masih dominan dengan visual flat, outline iconography, dan desain flat minimalis. Mereka suka visual yang ‘instagrammable’, rapi, dan tidak terlalu ramai.
Contoh visual favorit:
-
Zillennials: Stiker VHS, emoji overload, typography cut-out
-
Milenial: Flat UI, ilustrasi vector clean, infografik statis
Baca juga : Ubah HP Jadi Studio Desain! Berikut 7 Tools yang Mobile-Friendly
Brand Engagement dan Estetika Sosial Media
Gaya desain juga berpengaruh terhadap engagement konten di media sosial:
-
Zillennials tertarik pada desain yang relatable, meme-able, dan menampilkan aesthetic chaos seperti feed acak, typo sengaja, atau reels dengan lo-fi filters.
-
Milenial lebih menghargai konten estetik yang terkurasi dengan tone seragam dan visual storytelling yang linier.
Laporan Hootsuite (2024) menunjukkan bahwa konten visual Zillennial-style di TikTok menghasilkan engagement rate 37% lebih tinggi dibanding desain konvensional ala Milenial di Instagram.
Untuk informasi dan perkembangan informasi menarik lainnya, ikuti terus Creativestation.id – sumber referensi kreatif untuk inovasi, bisnis, dan teknologi.
Leave a Comment