creativestation.id – Kehidupan digital bukan lagi masa depan, tetapi masa kini. Mulai dari berbelanja, bekerja, hingga bersosialisasi kini bergantung pada koneksi internet dan teknologi digital. Namun, seiring derasnya arus informasi, muncul pula tantangan baru: hoaks, disinformasi, penipuan daring, hingga kebocoran data. Maka dari itu, literasi digital: skill wajib di era informasi menjadi penting untuk dimiliki setiap orang.
Data dari UNESCO menunjukkan bahwa lebih dari 70% pengguna internet di dunia masih memiliki pemahaman terbatas terhadap keamanan dan etika digital. Sementara itu, menurut laporan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) 2024, pengguna internet di Indonesia mencapai 221 juta jiwa, tapi hanya 27% yang mengaku memiliki pemahaman literasi digital yang cukup.
Apa itu sebenarnya literasi digital, dan kenapa penting? Bagaimana kita bisa menjadi warga digital yang cerdas, kritis, dan aman? Artikel ini akan membahas secara tuntas tentang skill ini dan bagaimana Anda bisa menguasainya untuk bertahan dan berkembang di tengah derasnya gelombang informasi.
Apa Itu Literasi Digital dan Mengapa Penting?
Literasi digital bukan sekadar bisa menggunakan gadget atau membuka media sosial. Ini mencakup kemampuan untuk:
- Menganalisis informasi secara kritis
- Berkomunikasi secara etis dan efektif di ruang digital
- Mengelola jejak digital dan privasi
- Memanfaatkan teknologi secara produktif dan aman
Menurut UNESCO, literasi digital adalah “kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, dan menilai informasi melalui teknologi digital.”
Pentingnya literasi digital tidak bisa dilebih-lebihkan. Dalam dunia yang penuh informasi palsu dan manipulatif, seseorang yang tidak melek digital mudah menjadi korban. Misalnya, hoaks seputar vaksin COVID-19 di media sosial sempat menyebabkan penurunan angka vaksinasi di beberapa wilayah Indonesia.
Tanpa literasi digital yang memadai, masyarakat juga rentan terjebak dalam echo chamber, menjadi korban penipuan online, hingga tidak mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal.
Baca juga : Mungkinkah Internet Jadi Ruang Aman? Ini Faktanya
Mengenal Bentuk-Bentuk Literasi Digital
Literasi digital bisa dibagi ke dalam beberapa bentuk keterampilan utama:
a. Literasi Informasi
Kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara bijak. Ini mencakup mengenali hoaks, disinformasi, dan bias dalam berita.
b. Literasi Media
Kemampuan untuk memahami bagaimana media dibentuk, siapa yang membuatnya, serta agenda di baliknya. Pengguna yang memiliki literasi media tinggi akan lebih kritis terhadap konten di media sosial, TV, maupun portal berita.
c. Keamanan Digital
Keterampilan untuk melindungi identitas pribadi dan data online. Termasuk di dalamnya penggunaan password yang kuat, mengenali phishing, serta pentingnya dua faktor autentikasi.
d. Etika Digital
Kemampuan untuk bersikap sopan, bertanggung jawab, dan menghormati orang lain di ruang digital. Ini penting untuk menghindari perundungan siber dan ujaran kebencian.
e. Produktivitas Digital
Menggunakan alat digital untuk mendukung kehidupan sehari-hari, seperti Google Workspace, aplikasi pengelola tugas, dan platform pembelajaran daring.
Dengan menguasai bentuk-bentuk literasi ini, pengguna internet dapat menjadi lebih bijak dan tahan terhadap manipulasi digital.
Dampak Buruk Jika Tidak Melek Digital
Ketika literasi digital diabaikan, dampaknya sangat nyata:
- Penyebaran hoaks: Banyak masyarakat membagikan informasi palsu tanpa verifikasi, terutama di WhatsApp dan Facebook.
- Penipuan daring: Maraknya kasus phising, investasi bodong, hingga pembobolan rekening karena ketidaktahuan cara mengamankan data pribadi.
- Perundungan dan ujaran kebencian: Anak-anak dan remaja menjadi korban dan pelaku cyberbullying karena kurangnya pemahaman tentang etika digital.
- Kehilangan peluang karier: Kurangnya keterampilan digital membuat banyak orang tertinggal di dunia kerja yang makin digitalisasi.
Laporan Kominfo tahun 2023 menyebutkan, terdapat lebih dari 11.000 kasus penyebaran hoaks yang dilaporkan. Sementara itu, OJK juga mencatat ribuan kasus penipuan digital yang menimbulkan kerugian hingga miliaran rupiah setiap tahunnya.
Strategi Meningkatkan Literasi Digital
Untuk menguasai literasi digital, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:
a. Ikuti pelatihan online
Banyak lembaga menyediakan kursus gratis, seperti Google Digital Garage, Siberkreasi Kominfo, dan Coursera.
b. Baca dari sumber terpercaya
Biasakan membaca berita dari media mainstream atau portal yang telah diverifikasi.
c. Gunakan alat cek fakta
Situs seperti turnbackhoax.id atau cekfakta.com dapat membantu memverifikasi informasi yang tersebar.
d. Edukasi keluarga dan lingkungan
Sebarkan informasi penting seputar keamanan digital dan etika bermedia sosial kepada anggota keluarga dan rekan kerja.
e. Perbarui keterampilan teknologi
Pelajari tools terbaru seperti AI, cloud storage, dan aplikasi produktivitas untuk menunjang karier dan kegiatan harian.
Literasi Digital sebagai Kunci Masa Depan
Di masa depan, siapa pun yang memiliki literasi digital tinggi akan memiliki keunggulan kompetitif. Bukan hanya dalam dunia kerja, tetapi juga dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan bahkan kebijakan publik.
Negara seperti Singapura dan Finlandia sudah menerapkan kurikulum literasi digital sejak jenjang dasar. Indonesia pun mulai bergerak ke arah sana dengan program literasi digital nasional yang digagas Kominfo.
Namun, pekerjaan ini tidak bisa hanya dilakukan pemerintah. Sektor swasta, media, pendidik, dan masyarakat sipil juga harus bergerak bersama. Kolaborasi inilah yang akan memastikan seluruh lapisan masyarakat tidak tertinggal dalam era informasi.
Baca juga : Cancel Culture Bisa Menghancurkan Karier dalam Sekejap! Pahami Dampaknya Sebelum Terlambat
Saatnya Melek Digital, Jangan Ketinggalan Zaman
Literasi Digital: Skill Wajib di Era Informasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Siapa pun yang hidup di era ini harus memiliki pemahaman digital agar tidak tersesat dalam derasnya arus informasi.
Dengan memahami bentuk literasi digital, menghindari dampak negatif, dan secara aktif meningkatkan skill digital, kita bisa menciptakan ruang digital yang aman, sehat, dan produktif.
Jangan tunggu sampai jadi korban baru belajar. Melek digital sekarang juga, dan jadilah warga digital yang cerdas serta bertanggung jawab!
Sebagai masyarakat digital, kita perlu mendorong budaya yang adil dan edukatif, bukan sekadar menghukum. Cancel culture seharusnya menjadi pintu diskusi, bukan palu vonis sepihak.
Leave a Comment